"Kami terus mendorong agar lebih giat lagi mempromosikan budidaya jeruk, baik skala cluster maupun skala pekarangan. Potensi pasar masih terbuka," ujar Suwandi dalam keterangan tertulis, Rabu (05/09/2018).
Dikatakan Suwandi, Jeruk Siam ini memiliki keunggulan berwarna kuning, rasanya campur adu, seperti manis madu dengan sedikit asam, kulit yang tebal dan sangat mudah dikupas. Dalam usia tiga tahun, tanaman ini sudah mulai berbuah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sentra utama jeruk ini tersebar di kecamatan Kintamani, Bangli, Tembuku dan Susut. Kini sudah berkembang di 15 lokasi wisata agro," kata Wayan.
Salah satu penyuluh pertanian Kintamani, Gede Manuabe, juga mengatakan bahwa salah satu kelompok tani jeruk yakni Kelompok Tani Pertiwi mengembangkan jeruk 20 hektare dengan produksi 50 kg per pohonnya. Setiap hektarenya ditanami 800 sampai 1.000 pohon.
Dikatakan dia, di kebun harga jeruk siam per kilonya Rp 10 ribu dengan biaya produksi hanya Rp 3 ribu per kilonya.
"Umur tanaman ini sudah 13 tahun, namun tetap subur dan berbuah lebat karena dipupuk dan dirawat dengan baik. Pasarnya pun lumayan bagus dan lancar ke pasar lokal dan supermarket. Wisatawan silakan berkunjung dan petik jeruk sendiri, dijamin akan puas dan senang," pungkas dia. (mul/mpr)