Kementan Minta Petani Manfaatkan Lahan Rawa dan Kering

Kementan Minta Petani Manfaatkan Lahan Rawa dan Kering

Rizki Ati Hulwa - detikFinance
Senin, 03 Sep 2018 22:40 WIB
Foto: Dok Kementan
Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) dorong petani untuk maksimalkan lahan sawah dengan mekanisasi penyediaan air. Tak hanya itu, Kementan juga imbau untuk memanfaatkan lahan rawa dan lahan kering demi mencukupi kebutuhan beras dalam negeri.

"Pada musim kemarau, produksi padi sawah dapat diantisipasi dengan memanfaatkan embung, bendungan dan waduk. Selain itu, perbaikan sistem irigasi cukup bisa mengantisipasi dampak kekeringan," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto, Senin (03/09/2018).

Data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyebutkan bahwa luas lahan sawah di Indonesia mencapai 8.186.469 hektare. Jika kemarau, lahan sawah masih dapat dioptimalkan untuk menanam komoditas pangan, namun perlu diimbangi dengan upaya untuk penyediaan air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dikatakan Gatot, selama masih ada sumber air, menanam komoditas pangan di sawah justru bisa meningkatkan kualitas produksi.

"Sinar matahari pada musim kemarau, cukup panjang. Sehingga cukup baik untuk fotosintesis. Proses pengeringan juga lebih mudah dan menghemat biaya. Selain hasil yang lebih bagus, serangan hama penyakit relatif berkurang," lanjut Gatot.

Selanjutnya, dilakukan juga peningkatan pemanfaatan lahan rawa seluas 12,3 juta hektare, karena baru dimanfaatkan seluas 4.527.596 hektare (36,8%) untuk produksi pertanian.

"Ini adalah kesempatan untuk penambahan luas area tanam baru untuk produksi padi di musim kemarau," kata Gatot.

Kementan juga berupaya keras memanfaatkan lahan kering seiring dengan meningkatnya konsumsi pangan dan bertambahnya jumlah penduduk. Saat ini, lahan kering Indonesia seluas 28.577.848 hektare termasuk ladang, tegalan dan lahan yang tak diusahakan menjadi Perluasan Areal tanam Baru (PATB). Namun kini difokuskan untuk pengembangan budidaya padi.

Teknologinya pun sudah dipersiapkan, yakni dengan mendorong petani untuk menanam padi gogo. Pertama kalinya Kementan menargetkan pertanaman 1 juta hektare padi gogo pada 2018.

Pada musim kemarau, padi gogo di lahan kering dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin karena hasil panen lebih bagus, hama lebih sedikit, hemat air, juga sinar matahari cukup baik untuk fotosintesis dan kualitas gabah lebih baik.

"Selain padi gogo, lahan kering juga sangat cocok untuk ditanami jagung. Pada musim kemarau, jagung juga akan memberikan hasil yang bagus," tutur Gatot.

Ditekankan Gatot, ketiga tipe lahan tersebut dapat terus dioptimalkan untuk mendukung peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) dengan model tumpangsari. Yaitu kombinasi antara padi, jagung, dan kedelai.


Kunci utama tumpangsari ini yaitu penambahan populasi dan penggunaan benih berkualitas. Dengan menggunakan konfigurasi jarak tanam yang tepat, 1 hektare lahan dapat menghasilkan 2 hektare jagung dan 1 hektare padi, 2 hektare jagung dan 1 hektare kedelai atau 1 hektare padi dan 1 hektare kedelai. Penanaman tumpangsari juga dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga mengurangi kebutuhan pupuk.

Terakhir, Gatot menekankan dengan pendekatan tumpangsari ini dapat mengeliminasi persaingan lahan antar komoditas dan juga mengoptimalkan produksi padi tanpa tergantung musim. Lahan sawah beririgasi saatnya berproduksi maksimal, organisme pengganggu tumbuha (OPT) rendah, biaya produksi murah hasilnya maksimal dan harga gabahnya pun bagus.

"Kemarau juga sangat ideal untuk memutus siklus OPT. Jadi, kemarau bukan petaka tapi berkah. Kemarau dan musim hujan itu sudah sunatullah. Semua membawa manfaat masing-masing," pungkasnya. (ega/hns)

Hide Ads