Kondisi tersebut ikut menyebabkan nilai rupiah turun terhadap dolar AS dan turut menyeret pasar saham di Indonesia, sehingga lesu akhir-akhir ini.
Investasi di dalam negeri yang lesu ini dipandang oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai momentum yang baik untuk membeli saham. Seperti diutarakan Direktur Pengembangan Investasi, Amran Nasution, bahwa kondisi pasar saat ini layaknya dua sisi mata uang yang berbeda, tergantung bagaimana kita sebagai investor menyikapinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran menegaskan kondisi fundamental Indonesia masih sangat baik, terlihat dari pertumbuhan ekonomi mencapai 5,27%, inflasi masih terjaga di kisaran 3,2%, cadangan devisa masih aman di US$ 118 miliar dan peringkat surat utang negara dikategorikan investment grade.
"Momen seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membeli barang bagus dengan harga yang murah. Tentunya dengan memastikan terlebih dahulu kondisi fundamental emiten", tambahnya.
Baca juga: Dolar AS Jinak, IHSG Melesat 1,6% ke 5.776 |
Terhitung bulan Juli 2018, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan kinerja investasi cukup baik, dengan dana kelolaan mencapai Rp 333 triliun dan peningkatan hasil investasi sebesar 13,8% hingga mencapai Rp 17 triliun. Adapun aset alokasi investasi dari BPJS Ketenagakerjaan antara lain 62% penempatan pada surat utang, 18,5% penempatan di saham, 8,5% pada deposito, 10% pada Reksadana dan 1% pada Investasi Langsung.
"Jika dilihat kondisi saham per hari ini, sudah mulai ada pergerakan ke arah positif di sebagian besar sektor saham. Kami rasa momen yang baik ini jangan sampai terlewat", ujar Amran.
"Sudah saatnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, agar memberikan sentimen positif dan kontribusi yang baik kepada negara. Sebagai investor, ayo kita dukung pasar dalam negeri dengan masuk ke pasar saham saat ini. Dengan cara seperti ini, pasar Indonesia akan bangkit dan kembali normal", pungkas Amran.
Saksikan juga video 'Dolar Ngamuk Tembus Rp 15.000, Kok Bisa?':
(ara/ang)