"Kwik, kwik, kwik, sapertos itu sorana. Disebut kereta api kwik teh soalna suarana kwik kwikan. (Kwik, kwik, kwik, seperti itu suaranya. Disebut kereta api kwik karena suaranya kwik kwikan)," kata Yaya (72) salah satu warga Kampung Babakan Sasak, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Selasa (18/9/2018).
Yaya bercerita Kwik berwarna hitam dan menarik enam gerbong. Bahan bakarnya memakai batu bara. Sejak 1972 Kwik berhenti beroperasi seiring peristiwa kecelakaan kereta api pengangkut kayu di jalur Bandung Ciwidey.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wah legenda pisan itu mah, tapi ayeuna mah tinggal carita (wah legenda banget itu, tapi sekarang tinggal cerita)," kata Yaya.
Menurut Yaya, suara kereta api uap tersebut sangat dirindukan warga, karena memiliki kekhasan sendiri di mata warga.
"Asa nineung lamun inget si Kwik, kapungkur lamun pas aya kareta jalan, barudak teh lalumpatan ninghal kareta (Kangen kalau mengingat si Kwik, dulu kalau ada kreta melintas, anak-anak berlarian untuk melihat kreta)," kenang Yaya.
Seiring berkembangnya waktu kereta api berbahan bakar batu bara ini diganti dengan kreta api bermesim diesel. "Mimitinamah kereta anu ngangge batu bara, kadieunakeun digentos ku deisel (Pertamanya kereta api ini pakai batu bara, kes ininya diganti menjadi diesel)," tuturnya.
Warga lainnya, Amid menyebut selain suara dan rupa kereta api Kwik ini yang cukup unik, yang menyita perhatian warga, kereta api ini melintasi perbukitan dengan latar pemandangan yang indah.
Baca juga: Pengaktifan Kembali 4 Jalur Kereta di Jabar |
"Sae pisan pemandangan, komo mun subuh. (Bagus sekali pemandangannya, apalagi pas (melintas) waktu subuh)," ujarnya.
Karena kereta api melintasi perkebunan yang ada di wilayah Ciwidey, tak jarang para petani melambai-lambaikan ke kereta api saat melintas.
"Mun aya kereta lewat teh dadah-dadah, kitu we padahal mah unggal dinten lewat, tapi hoyong dadah matak eta nu jadi nineung teh (Kalau kereta lewat melambaikan tangan, seperti itu padahal setiap hari lewat, tapi ingin melambaikan tangan padahal setiap hari lewat, itu yang menjadi kangen)," pungkasnya.
Sebagai informasi, jalur Bandung-Ciwidey terbentang sepanjang 36 km. Di jalur yang melewati wilayah Kabupaten Bandung, terdapat sejumlah stasiun di antaranya Rancaekek, Majalaya, Dayeuhkolot, Banjaran, Soreang dan Ciwidey. (hns/hns)