Uang jajan Rp 50.000 tersebut kebanyakan habis begitu saja oleh para milenial hanya untuk kebutuhan gaya hidup. Misalnya membeli kopi di kedai ternama, dan hal itu dilakukan hampir setiap hari.
Jika dapat menahan jajan kopi, atau mengalihkan uang tersebut untuk biaya masa depan akan jauh lebih memberikan manfaat, atau tetap jajan kopi namun beralih ke merk lokal yang tidak kalah kualitasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ulasannya:
Sri Mulyani Minta Milenial Kurangi Jajan Kopi
Foto: Istimewa
|
Sri Mulyani menyebut generasi milenial adalah kalangan yang berorientasi pada experience atau pengalaman. Hingga tua pun mereka membutuhkan itu, sehingga harus menyiapkan dana saat pensiun.
"Kalau mereka mau experience, sampai tua pengen experience terus. Kalau butuh experience tapi butuh resource? Itu lah kita mulai masuk, sisihkan uang kopi kamu yang tadinya setiap hari jadi dua hari sekali. Sisanya bikin sendiri di rumah," katanya dalam Seminar Nasional Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Namun, hal itu perlu jadi perhatian oleh pengelola dana pensiun. Mereka memiliki peran untuk mengedukasi dan mensosialisasikan ke generasi milenial pentingnya menyiapkan dana pensiun.
Menurut Mantan Direkrut Pelaksana Bank Dunia itu, pengelola dana pensiun harus punya strategi bagaimana masuk ke dunia milenial yang memiliki beberapa karakteristik, yakni kreatifitas, confidence, dan kreatif.
Dengan memanfaatkan karakteristik tersebut, pengelola dana pensiun harus bisa meyakinkan milenial soal perencanaan hidup ke depan, bagaimana mereka bisa responsif terhadap masa depan, dan masa sesudah pensiun.
Pentingnya Dana Pensiun untuk Milenial
Foto: Nadia Permatasari/Infografis
|
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sampai menyindir para milenial untuk mengurangi jajan kopi dan mengalihkan uangnya sebagai dana pensiun.
Perencana keuangan Zap Finance Prita Hapsari pun memiliki cara agar milenial mau ikut program dana pensiun. Pertama, kata Prita, para milenial harus menganggap bahwa program tersebut penting.
Seberapa penting sih milenial punya dana pensiun?
"Karena saat sudah pensiun nggak ada penghasilan lagi," kata Prita saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Kedua, kata Prita, para milenial tidak lagi mengedepankan gaya hidup. Khususnya para milenial yang baru memiliki penghasilan. Seperti halnya mengurangi jajan kopi yang dalam waktu satu hari bisa berkali-kali.
Pendapatan yang disisihkan tersebut, kata Prita bisa mulai dialihkan ke program dana pensiun. Misalnya, menyisihkan dana Rp 50.000 per bulan dengan membuka tabungan berjangka atau reksa dana.
Prita menganggap, masih banyaknya kaum milenial yang belum masuk pada program dana pensiun karena memilih menyisihkan penghasilan untuk kebutuhan hidup lainnya dan belum menganggap hal tersebut belum terlalu penting.
"Mungkin belum merasa penting karena banyak tujuan keuangan lain yangg dinilai lebih prioritas seperti dana nikah, beli rumah, dan lainnya," ungkap dia.
Maanfaat Nabung Rp 50.000 per Hari
Foto: Mindra Purnomo
|
"Banyak banget manfaatnya kalau nabung sehari Rp 50.000, satu bulan saja sekitar Rp 1,5 juta, setahun sekitar Rp 18 juta," kata Aidil saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Dia menjelaskan, jika seorang milenial menabung Rp 50.000 terhitung pada usia 25 tahun atau awal merintis karir hingga usia 55 tahun atau pensiun maka durasi menabung konsisten selama 30 tahun, itu hasilnya sekitar Rp 547.500.000. Jika durasinya menabung lebih lama lagi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi miliarder.
Menurut Aidil, bisa juga memanfaatkan dana tabungan tersebut untuk diinvestasikan ke beberapa instrumen investasi dengan risiko yang rendah.
"Jadi sebenarnya hampir sama kasusnya seperti orang yang berhenti merokok, yang biasa sehari dua bungkus terus uangnya ditabung selama satu tahun dapat beli motor," ungkap dia.