Pasalnya, sektor pariwisata paling cepat menyumbang devisa yang nantinya bisa sebagai alat memenuhi kebutuhan dolar di tanah air, jika sudah terpenuhi maka nilai tukar rupiah akan stabil bahkan menguat.
Darmin menceritakan, ekonomi Indonesia selama enam sampai tujuh bulan belakangan ini tengah terkena dampak ekonomi global yang menyebabkan transaksi berjalan defisit dan nilai tukar rupiah keok terhadap dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah lemah terhadap dolar AS dikarenakan kebijakan yang diterbitkan oleh negeri Paman Sam. Mulai dari penurunan tarif PPh, melancarkan perang dagang, dan menaikkan suku bunga The Fed.
Menurut Darmin, selain genjot ekspor dan memperlambat impor pemerintah juga harus cepat mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia. Di samping sudah ada beberapa kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah seperti penerapan B20, penyesuaian tarif PPh impor barang kiriman, penundaan beberapa proyek, dan lainnya.
"Maka yang kita hadapi dan perlu kita jawab secara cepat kita perlu ekspor, dan salah satu antaranya kita penting mengembangkan pariwisata walaupun perlu waktu, dan masuk ke dalam jangka menengah panjang," jelas dia.
Pengembangan sektor pariwisata, kata Darmin bisa dilakukan dengan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). Salah satu yang bisa dikerjasamakan adalah mengenai infrastruktur pendukung mulai dari sanitasi air bersih, home stay, hingga hotel.
"Jadi infrastruktur jalan penting tapi ada juga yang sangat penting dan investasinya tidak mahal melalui KPBU yaitu air bersih, kalau daerah kebersihannya tidak terpelihara dengan baik, air bersih tidak ada walaupun ada jalan dan hotelnya, maka tidak bisa menikmati, daerah itu tidak tentram karena soal kebersihan dan sanitasi," tutup dia. (hek/zlf)