Balada Dua Mata Uang di Perbatasan RI-Papua Nugini

Tapal Batas

Balada Dua Mata Uang di Perbatasan RI-Papua Nugini

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 28 Sep 2018 17:04 WIB
Foto: Muhammad Ridho
Skouw - Pernah lihat mata uang Papua Nugini dipakai di Indonesia? Di wilayah perbatasan banyak! Kawasan tapal batas Indonesia dan Papua Nugini memang menjalin interaksi ekonomi yang intens. Selain aliran barang dan manusia melintasi batas negara, mata uang kedua negara secara luwes digunakan di kawasan perbatasan.

Pada Kamis (6/9/2018), tim Tapal Batas detikcom mengunjungi wilayah perbatasan Skouw, Distrik Muara Tami, Papua. Di Pasar Skouw, penggunaan mata uang kina Papua Nugini di teritorial Indonesia telah lazim digunakan.

Kami menemui Kina pecahan, 1, 5, 10, 50, dan 100. Orang-orang Papua Nugini sering berbelanja ke sini, utamanya pada Selasa dan Kamis. Dua hari itu merupakan hari pasar di sana. Banyak transaksi jual-beli saat hari pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang pedagang makanan dan minuman, Siti, mengaku kerap bertransaksi dengan menggunakan mata uang kina. Hal itu sudah lumrah dilakukan.

"Kalau hanya pakai rupiah, nanti susah cari kembaliannya harus kina. Karena yang belanja orang Papua Nugini," ujar Siti.

Nilai tukar 1 kina sendiri berkisar Rp 3.500-4.000. Tergantung kursnya. Biasanya, orang Papua Nugini membawa kina secukupnya untuk berbelanja di Pasar Skouw. Warga Papua Nugini yang datang menyeberang untuk berbelanja di pasar dekat PLBN. Mereka menyebut kawasan ini sebagai "batas".

Salah satu dari sekian banyak warga PNG adalah Rosa dan saudara laki-lakinya bernama Hillary. Mereka membawa 100 Kina, yakni sekitar Rp 434.041,00 untuk berbelanja di Pasar Skouw. Pasar di sini menerima transaksi dengan mata uang Kina.

Banyaknya orang-orang dari negeri seberang untuk berbelanja karena harga barang-barang di Pasar Skouw lebih murah dibanding Papua Nugini. Mereka biasanya belanja kebutuhan seperti, cokelat, pakaian, soda, dan banyak lainnya.

"Clothes, only clothes, and go back to PNG. Everything is cheaper, Batas is okay. If we bring 100 Kina, we get more in here, we get pants, two trousers (Kami akan membeli baju, baju saja pokoknya, kemudian balik ke Papua Nugini. Semua lebih murah di sini, Batas ini bagus. Bila kami membawa 100 Kina, kami bisa dapat lebih di sini, kami dapat celana pendek, dua celana panjang)" kata Rosa dengan Bahasa Tok Pisin (Pijin-English), yakni Bahasa Inggris versi kreol yang sederhana.

Transaksi pakai kina Papua NuginiTransaksi pakai kina Papua Nugini Foto: Fadhly F Rachman
Untuk memudahkan aktivitas perdagangan tersebut, tersedia pula fasilitas penukaran uang atau money changer di sini. BRI adalah bank satu-satunya yang menyediakan layanan money changer di kawasan perbatasan Skouw. Layanan itu menjadi andalan para pedagang lokal untuk menukarkan mata uang kina ke rupiah.

"Jadi kalau sore, kalau pulang dagang, biasanya mampir dulu ke (money changer) BRI buat tukar ke rupiah," kata Siti sambil menunjukkan uang kina hasil transaksinya dengan orang Papua Nugini. Uang ini bisa digunakan bila ada pembeli dari Papua Nugini yang butuh kembalian.


Kami pun melintasi batas negara menuju kawasan Papua Nugini, daerah Vanimo. Sekitar 10 menit dari perbatasan, terdapat terminal yang juga menjual berbagai cinderamata untuk para pelancong di sana. Namun, tak banyak barang-barang yang tersedia di situ.

Kami berhenti di salah satu penjual pakaian bertuliskan Papua Nugini. Si pedagang menjualnya dengan harga Rp 100 ribu untuk ukuran S, atau ukuran anak kecil. Mereka menerima pembayaran menggunakan rupiah. Selain itu, kami juga mencoba untuk berkunjung ke salah satu spot untuk melihat pemandangan pantai Papua Nugini.

Saat hendak masuk ke spot tersebut, kami dimintai biaya masuk. Per orang diharuskan membayar Rp 10 ribu. Mereka juga masih menerima pembayaran menggunakan rupiah. Namun, peredaran rupiah di Papua Nugini nampaknya tak sebanyak peredaran kina di Skouw. Sebab, di sana tak banyak barang-barang yang bisa dibeli oleh para pelancong dari Indonesia.

Kepala Distrik Muara Tami Supriyanto mengatakan, perputaran uang di wilayah perbatasan memang sudah cukup tinggi. Dia pun mengakui penggunaan dua mata uang, yakni rupiah dan kina merupakan hal yang lazim di kawasan tersebut. Sebab, sebanyak 90% pembeli di Pasar Skouw merupakan warga dari Papua Nugini.

"Perputaran uang luar biasa di sana. Dilihat dari animo negara sebelah sangat tinggi. Hampir dikatakan 90% yang membeli adalah semua dari PNG, yang berjualan dari kita. Itu 90%. Jadi sangat luar biasa perputaran mata uang di sana," katanya kepada detikcom.

"Hanya memang saat ini meskipun BI sudah berupaya mensosialisasikan bahwa di wilayah Republik Indonesia harus menggunakan mata uang Indonesia, tapi saat ini masih belum maksimal, karena memang saat ini masih menggunakan transaksi dengan mata uang Kina dari PNG," tutupnya.

Ikuti cerita menarik lainnya mengenai perbatasan Indonesia di Tapal Batas detikcom.

(fdl/fdl)

Hide Ads