Kemendes Punya Inovasi Layanan Kesehatan untuk Daerah Tertinggal

Kemendes Punya Inovasi Layanan Kesehatan untuk Daerah Tertinggal

Tia Reisha - detikFinance
Sabtu, 29 Sep 2018 08:45 WIB
Foto: kemendes PDTT
Jakarta - Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Samsul Widodo membuka Rapat Koordinasi Peningkatan Pendidikan dan Kesehatan dalam Percepatan Pengentasan Daerah Tertinggal.

Rakor yang mengangkat tema "Strategi Pemerataan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Daerah Tertinggal melalui Aplikasi Sehati TeleCTG dan Halohola" ini digelar di Kupang pada Kamis (27/9).

"Program ini terinspirasi dari program kirim budi yang dikampanyekan oleh Najeela Shihab dengan mengirimkan flashdisk untuk masyarakat daerah terpencil," ujar Samsul dalam keterangan tertulis, Jumat (28/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Sehati TeleCTG merupakan aplikasi kesehatan maternal bagi bidan dan ibu hamil untuk monitoring dan diagnostik kondisi kesehatan janin," ungkap CEO Sehati Dr Ari Waluyo.

Ia mengungkapkan, dalam aplikasi ini juga ada Kios Sehati sebagai solusi peningkatan ekonomi bidan karena isu yang diangkat terkait kesejahteraan bidan. "Bagaimana bisa berpikir logis kalau logistik tidak terpenuhi?" tambah Dr Ari.



Sedangkan CEO Halohola Jaka memperkenalkan Halohola sebagai mini server yang menyiarkan sinyal wifi untuk mengirimkan konten digital edukatif ke device/gadget.

"Teknologi offline ini membuat konten pendidikan dapat diakses di lokasi tanpa sinyal internet," ungkapnya.

Menurutnya, alat ini juga dapat digunakan sebagai solusi metode pembelajaran pendidikan dan kesehatan di wilayah remote dan terbatas jaringan internet.

Selain itu, Direktur PSDM Priyono juga menambahkan perlu ada keterlibatan beberapa pihak secara bersama-sama untuk mewujudkan hal tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Kupang Drs Korinus Masreno menyambut baik pengenalan inovasi ini karena dapat memudahkan proses pembelajaran dan meningkatkan akses menuju pelayanan kesehatan. Terlebih karena distribusi tenaga kesehatan sangat minim di mana satu kabupaten hanya memiliki satu dokter spesialis.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan dr Robert A.J Amaheka menyampaikan apresiasinya untuk kegiatan ini dan siap mengusulkan anggaran kesehatan.

"Harapan kami kegiatan ini dapat menjadi solusi mengatasi masalah stunting dan tingginya angka kematian ibu dan bayi di Kupang. Kupang memang menjadi salah satu kabupaten tinggi stunting," ujar dr Robert.

Menurutnya, sebanyak 4.050 atau 45,6% balita di Kupang mengidap stunting pada 2017. Jika masalah ini tidak segera diatasi sejak masa kandungan, stunting dewasa akan mencapai 45,6%. Artinya, akan banyak generasi penerus Kupang yang memiliki IQ di bawah rata-rata.

"Jika melihat dari data tenaga kesehatan di Kupang, banyak didominasi oleh bidan dan perawat honorer dan distribusi masih banyak di wilayah kota. Kami berharap rekrutmen CPNS yang ada juga melihat standar ketenagaan dari Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Sehingga kami tidak mengalami kendala saat akreditasi di mana item akreditasi sangat banyak sekitar 170 item. Kalau kami ikut akreditasi, kami akan terus berada dalam posisi akreditasi paling bawah. Kami juga kekurangan dokter spesialis padahal sudah ada kebijakan gaji Rp 40 juta per bulannya untuk dokter spesialis. Aplikasi Sehati dapat menjadi solusi menghubungkan bidan, ibu hamil, kader, dengan dokter spesialis kandungan di wilayah tertinggal seperti kami," jelas dr Robert.

Sementara itu, acara ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS), Kepala Dinas Pendidikan Kupang, Kepala Dinas PMD Kupang dan TTS, Bappeda Lembata, Universitas Terbuka, para bidan, obsgyn, kader, dan guru PAUD hingga SLTA di Kabupaten Kupang. Informasi selengkapnya di sini. (mul/ega)

Hide Ads