"Di Indonesia memang belum ada. Maka dari itu, kami mengirim karyawan ke Jepang untuk belajar. Kami membutuhkan tenaga yang ahli di bidangnya. Ini menjadi investasi di bidang SDM bagi kami," jelas Manajer Humas dan Protokoler PT Inka, Exiandri Bambang Primadani saat di hubungi detikcom Rabu (3/10/2018).
Jumlah karyawan yang disekolahkan ke Jepang kata Doni sapaan akrab Exiandri Bambang Primadani, ada 25. Mereka karyawan Industri Kereta Api (INKA) lanjut Doni rata-rata lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, dan selama tiga tahun mempelajari teknik mengelas aluminium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doni mengatakan ilmu yang didapat dari sekolah selama tiga tahun di Jepang itu, untuk tenaga khusus mengelas produksi kereta ringan. Karena mereka harus menguasai teknik mengelas aluminium dengan benar dan memang berbeda dengan biasanya.
"Kami membutuhkan tenaga yang ahli di bidang itu yang memang berbeda. Ini menjadi investasi di bidang SDM bagi kami,"terangnya.
Menurut Doni, sekolah ini diselesaikan dalam tiga tahun sebelum mendapatkan proyek pesanan kereta LRT 2017. Pengembangan sumber daya manusia di industri manufaktur kereta api pun menjadi sangat penting.
"Mereka sudah lulus semua makanya kita langsung kerjakan proyek LRT Palembang itu. Hal itu juga untuk memperbarui teknologi yang selama ini digunakan Inka," ucapnya.
Saat ini, PT INKA sedang menggarap proyek dari PT KAI senilai Rp 3,9 triliun untuk pesanan 31 transit LRT Jabodebek yang saat ini dalam tahap pengadaan material. Pembuatan rangka LRT ini sepenuhnya dikerjakan karyawan yang sudah menguasai teknik mengelas aluminium alumni Jepang.
"LRT itu kan kereta ringan. Jadi konstruksinya pun harus ringan. Prosesnya pun berbeda," ujar dia.
Doni mengaku selain mengirim ke Jepang, pihaknya juga kerap mengirim karyawan ke Tiongkok hingga negara Eropa yang teknologi industri kereta apinya lebih maju dibandingkan Indonesia.