Di Depan Istri-istri PNS, Sri Mulyani Bicara Bujet Rp 550 Triliun

Di Depan Istri-istri PNS, Sri Mulyani Bicara Bujet Rp 550 Triliun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 04 Okt 2018 20:17 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara dalam Seminar Dharma Wanita Persatuan. Dharma Wanita Persatuan merupakan organisasi yang beranggotakan istri pegawai negeri sipil (PNS).

Lebih lanjut, adapun dalam seminar ini, Sri Mulyani berbicara mengenai politik pembangunan.


Sri Mulyani menerangkan, dalam pembangunan terpenting ialah pembangunan sumber daya manusia. Dalam pembangunan sumber daya manusia, terpenting ialah ialah pendidikan dan kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi pendidikan, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran negara sebanyak 20% atau sekitar Rp 440 triliun untuk pendidikan.



"Artinya lebih Rp 440 triliun, suatu nilai yang besar hanya untuk pendidikan. Mencakup dari bayi diperut, anak usia dini, sampai dasar, menengah tinggi, dan menjadi perguruan tinggi," kata Sri Mulyani dalam seminar, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Tak hanya pendidikan, pemerintah juga mengalokasikan anggaran yang besar untuk kesehatan. Sri Mulyani mengatakan, 5% atau Rp 110 triliun untuk kesehatan.


Menurut Sri Mulyani untuk pendidikan dan kesehatan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 550 triliun. Dia menuturkan, artinya politik pembangunan pemerintah jelas, yakni pembangunan manusia.

"Pendidikan dan kesehatan dalam bujet menelan Rp 550 triliun. Oleh karena itu politik pembangunan jelas," ujarnya.


Selanjutnya, Sri Mulyani mengatakan, dalam pembangunan terpenting ialah kesejahteraan dan keadilan. Dia bilang, politik pembangunan tidak untuk memenuhi keinginan atau cita-cita penguasa, namun untuk menyejahterakan masyarakat.

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah terus berupaya menekan angka pengangguran. Saat ini, pengangguran telah turun menjadi 5,1% atau paling rendah dalam dua dekade terakhir. Kemiskinan juga mencatat rekor terendah yakni diangkat 9,8%.

"Berapa orang yang miskin, jumlah orang miskin persentase penduduk 9,8% adalah terendah dalam sejarah Republik Indonesia," ujarnya. (hns/hns)

Hide Ads