Inflasi Rendah tapi Harga Naik? Begini Jawaban Sri Mulyani

Inflasi Rendah tapi Harga Naik? Begini Jawaban Sri Mulyani

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 04 Okt 2018 20:59 WIB
Foto: Fadhly Fauzi Rachman/detikFinance
Jakarta - Pemerintah berhasil menjaga inflasi tetap rendah. Namun, saat inflasi rendah kerap muncul isu terjadi kenaikan harga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencontohkan, seperti adanya kenaikan harga bawang. Karena bawang naik, rendahnya inflasi dituding sebagai sebuah kebohongan.

"Dulu kalau kita dikatakan ekonomi tumbuh, inflasi hanya 3%, biasanya muncul kaya almarhum ibu saya, 'Bu saya pergi ke pasar harga bawang naik dari Rp 2.000 sekarang menjadi Rp 3.000 itu artinya naik 50%', katanya inflasi 3% itu berarti bohong," kata dia dalam acara Seminar Dharma Wanita Persatuan, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sri Mulyani, dalam mengukur indikator pembangunan mesti melihat dalam cakupan yang luas. Sebab, Indonesia terbagi dalam banyak wilayah.

"Mengukur indikator-indikator pembangunan dan kemajuan pembangunan akan dihadapkan pada suatu cara mengukurnya di mana ekonomi berisi 257 juta manusia. Dia bertempat tinggal di Jawa, Kalimantan Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Ambon di Papua," ujarnya.


Sebab itu, Sri Mulyani mengatakan, mengukur kemajuan pembangunan tidak boleh ditempatkan hanya pada satu wilayah yang sempit.

"Oleh karena itu di dalam mengukur indikator kemajuan pembangunan tidak boleh hanya disempitkan masalah satu orang, satu tempat, satu lokasi, satu komoditas," ujarnya.

Memang, di dalam politik, isu ini kerap dimainkan padahal itu akan menyesatkan alias miss leading.

"Di dalam politik sering dilakukan politik sifatnya membohongi atau miss leading. Kalau bicara indikator nasional dimasukkan satu komoditas," ujarnya.

"Ada kasus seperti ini dan biasanya ibu-ibu ini paling mudah untuk diaduk-aduk emosinya," tutupnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads