Sementara, Rizal Ramli menyebut kondisi ekonomi Indonesia sudah lampu merah, bahkan dia mengibaratkan kondisi Indonesia seperti tubuh tanpa antibodi yang kuat. Benarkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini seperti pandangan Prabowo dan Rizal Ramli?
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menilai ekonomi Indonesia belum lampu merah. Menurut Bhima, hal itu terlihat dari beberapa indikator, salah satunya tiga lembaga pemeringkat seperti S&P, Fitch Rating, Moody's masih mempertahankan rating surat utang Indonesia layak investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang membuat ekonomi tanah air belum lampu merah juga terlihat dari cadangan devisa (cadev) yang berjumlah US$ 114,8 miliar. Meski terus berkurang namun jumlah ini mampu membiayai impor selama 6,5 bulan, dan jika termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah maka cukup untuk 6,3 bulan.
Selanjutnya, pembayaran utang luar negeri pemerintah juga berada di atas standar kecukupan internasional yakni dengan tiga bulan impor.
Meski demikian, Bhima pun sepakat dengan kritik Rizal Ramli soal kondisi fundamental ekonomi nasional lainnya seperti defisit transaksi berjalan yang diwaspadai terus melebar.
Apalagi, ekonomi Indonesia saat ini masih tumbuh stagnan di level 5%, ketergantungan akut pada komoditas mentah dan olahan primer membuat naik turunnya ekonomi dipengaruhi global.
Belum lagi, lanjut Bhima, kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan perang dagang negeri Pamanm Sam itu dengan China.
"Ibaratnya Indonesia sedang digebukin oleh faktor global dan domestik secara bersamaan. Saya katakan Indonesia masuk lampu kuning. Kalau lampu merah belum. Tapi kalau tidak hati-hati dan siapkan mitigasi bisa masuk lagi ke lampu merah seperti era krisis," tuturnya. (hek/eds)