Rapat diawali dengan penjelasan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tentang proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di 2019. Otoritas moneter itu melihat kondisi ketidakpastian global masih berlanjut, namun tekanannya mulai berkurang .
Mulai dari prediksi Bank Sentral AS, The Fed, yang akan lebih sedikit menaikkan suku bunga, meredamnya ketegangan perang dagang di global hingga potensi menguatnya mata uang euro membuat potensi ketidakpastian di global sedikit berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi itu, BI memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah di 2019 akan bergerak rata-rata dalam rentang Rp 14.800-Rp 15.200/US$
Dengan melihat penjelasan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan revisi asumsi ekonomi makro 2019 khususnya pada proyeksi nilai tukar menjadi Rp 15.000/US$. Sebelumnya dalam RAPBN 2019 ditentukan Rp 14.400/US$ dan dalam hasil rapat Panja A di level Rp 14.500/US$.
"Berdasarkan usulan Pak Gubernur BI mengenai range nilai tukar dari Rp 14.800-Rp 15.200, kami usulkan nilai tengahnya di angka Rp 15.000," tuturnya.
Dengan begiru usulan asumsi ekonomi makro 2019 dari pemerintah adalah:
- Pertumbuhan ekonomi 5,3%
- Inflasi 3,5%
- Tingkat bunga SPN 3 bulan 5,3%
- Nilai tukar Rp 15.000/US$
- Harga minyak mentah Indonesia US$ 70 per barel
- Lifting minyak 775 ribu barel per hari
- Lifting gas 1,25 juta barel setara minyak per hari (das/hns)