Capaian pertemuan IMF-WB tersebut dikritik anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ecky Awal Mucharam. Dia menganggap pertemuan tersebut gagal karena setelah menggelar acara itu pemerintah justru pesimistis terhadap kondisi nilai tukar rupiah di 2019.
Dalam asumsi dasar ekonomi makro 2019 pemerintah mengusulkan perubahan proyeksi nilai tukar di 2019 menjadi Rp 15.000/US$. Proyeksi itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat dengan Banggar DPR, Senin (15/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah memutuskan proyeksi tersebut berdasarkan prediksi Bank Indonesia (BI) dolar AS akan bergerak di kisaran Rp 14.800-Rp 15.200. Proyeksi BI berdasarkan hasil pembahasan di pertemuan IMF-WB di Bali, yang menyimpulkan ketidakpastian global masih berlanjut di tahun depan.
Menurut Ecky, sebagai tuan rumah, pemerintah seharusnya mendorong optimisme dalam rapat IMF-WB kemarin, tapi justru malah pesimistis.
"Terlepas acara itu berhasil dalam konteks seremonial, saya menganggap itu kegagalan. Bayangan saya berharap ada optimisme baru terkait hasil acara itu," tuturnya.
Raker Banggar dengan pemerintah hari ini pun berakhir diskors. Banggar sepakat untuk meminta pemerintah menjelaskan lebih rinci terkait perubahan asumsi nilai tukar tersebut. (das/hns)