Dana pinjaman itu ditujukan membantu mempercepat wilayah terdampak bencana gempa Lombok, dan Tsunami di Palu dan Donggala.
Komitmen Bank Dunia yang memberikan pinjaman tersebut dinilai akan memberatkan pemerintah. Apalagi di tengah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih mendominasi rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar menjelaskan, pihak penerima akan menjadi berat ketika kurs berubah pada-pada nilai tukar saat waktu pemberian pinjaman tersebut.
Meski demikian, Fajar mengaku pinjaman utang yang diberikan oleh Bank Dunia untuk tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Pasalnya, utang pemerintah yang nilainya sampai ribuan triliun pun masih bisa dibayar sesuai jatuh temponya.
"lagi pula masih dalam batas aman UU Keuangan Negara yang menyaratkan maksimal 60% dari PDB rasio utangnya," jelas dia.
Menurut Fajar, komitmen pemberian pinjaman dari Bank Dunia juga dianggap bagus karena bisa mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah terdampak bencana seperti Lombok, Palu, dan Donggala.
"Untuk mempercepat penanggulangan wilayah terdampak bencana, menurut saya skema itu sudah tepat, akan tetapi dalam proses penggunaannya perlu diawasi secara baik agar tepat guna dan tepat sasaran," ungkap dia.
Tonton juga 'Catat! Gelaran IMF-World Bank Bukan untuk Tambah Utang Negara':
(hek/fdl)