Kalau pun bisa, kata Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan hanya bisa dengan kekuatan magic atau sulap.
"Caranya pakai magic, kalau 7% saya kira sulit, artinya nggak mungkin," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (22/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menceritakan, awal mula pemerintahan kabinet kerja memasang target jangka menengah panjang tentang ekonomi karena pembangunan infrastruktur yang masif dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Lana menyebut, setiap pembangunan infrastruktur akan banyak sektor yang terkena dampak positifnya. Sebut saja, penyediaan bahan baku konstruksi.
Seperti jalan tol yang sudah direalisasikan akan merangsang sektor properti yang juga dianggap banyak menyerap tenaga kerja.
"Tetapi pembangunannya tidak dilakukan secara padat karya, seperti beton yang langsung diproduksi dan tinggal disusun seperti lego," jelas dia.
"Ternyata infrastruktur yang dikejar itu nggak melakukan proses produk padat karya, di situ lah makanya ekonomi nggak bisa tercapai 7%," tambah dia.
Ekonomi Indonesia, kata Lana, masih besar kontribusinya dari sektor konsumsi rumah tangga. Ketika pembangunan infrastruktur yang masif namun tidak dilakukan secara padat karya, maka kontribusi pembangunan tersebut menjadi tidak maksimal ke pertumbuhan ekonomi.
Apalagi, pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan pemerintah karena tidak melibatkan secara padat karya, maka penyerapan tenaga kerjanya menjadi kurang optimal.
"Karena ujung-ujungnya itu ke daya beli, karena kontribusi terbesar masih dari rumah tangga," ungkap dia.
Tonton juga video 'Indonesia Termasuk Raksasa Ekonomi Dunia':
(hek/eds)