Sri Mulyani ke Pengkritik Utang: Kalau Bandingkan Apel dengan Apel

Sri Mulyani ke Pengkritik Utang: Kalau Bandingkan Apel dengan Apel

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Selasa, 23 Okt 2018 14:19 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan mengenai pembiayaan utang Indonesia. Menurut Sri Mulyani isu mengenai utang seringkali dipotong setengah-setengah.

"Ada juga yang mempertanyakan apakah utang kita untuk hal yang produktif. Ada beberapa pengamat menyampaikan periode 2012-2014 kenaikan utang antara Rp 799,8 triliun dan periode 2015-2017 adalah Rp 1.329 triliun. Nominalnya besar, dan orang membuat cerita itu. Sengaja ceritanya diputus di situ saja," kata Sri Mulyani dalam dalam konferensi pers 4 Tahun Kerja Pemerintahan Jokowi-JK di Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Selasa (23/10/2018).


Sri Mulyani menjelaskan produktivitas pembiayaan menggunakan utang yang ditarik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan dari utang digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur hingga pendidikan yang anggarannya naik dibandingkan periode pemerintahan sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dipakai untuk apakah ini? Lihat sisi belanjanya. Kalau dulu periode 2012-2014 belanja infra hanya Rp 456 triliun untuk tiga tahun, sekarang belanja infra mencapai Rp 904,6 triliun atau dua kali lipat," jelas Sri Mulyani.


Kemudian untuk belanja di sektor pendidikan, anggaran yang sudah digelontorkan selama pemerintahan Jokowi-JK sudah mencapai Rp 1.167 triliun atau naik 118% dibandingkan periode sebelumnya Rp 983 triliun selama tiga tahun.

"Lalu berapa belanja untuk pendidikan? Dulu hanya Rp 983 triliun untuk 3 tahun, sekarang Rp 1.167 triliun atau naik 118%," lanjut Sri Mulyani.


Selain itu, belanja untuk kesehatan juga naik dari Rp 146 triliun menjadi Rp 249,8 triliun. Alokasi anggaran untuk masyarakat miskin dalam bentuk perlindungan sosial juga naik.

"Belanja untuk melindungi masyarakat miskin, jelas produktif. Perlindungan sosial dulu hanya Rp 35 triliun, sekarang kami belanja sampai Rp 299,6 triliun. Itu 8 kali lipatnya," ujar Sri Mulyani.


Langkah tersebut berdampak ke penurunan tingkat kemiskinan di level 9,82% atau single digit. Rasio gini atau ketimpangan juga turun ke 0,398. Makanya, kata Sri Mulyani, kalau dilihat kemiskinan turun, gini ratio
makin mengecil artinya makin merata.

Sri Mulyani menambahkan jika ingin memberikan penilaian terhadap utang harus seimbang, bukan cuma tambah utang, melainkan juga soal penggunaan utang itu untuk apa saja.

"Kalau mau membandingkan apel dengan apel, tidak hanya tambahan utang. Tapi, bandingkan untuk apanya. Jadi, menggambarkan seluruh cerita secara menyeluruh. Hasilnya ada enggak, ya terlihat," sambung Sri Mulyani.


Sri Mulyani juga menyoroti pihak yang tidak menghitung transfer ke daerah sebagai bagian dari belanja produktif. Transfer ke daerah digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan hingga kesehatan.

"Dalam transfer ke daerah ada mandatori 25% untuk infrastruktur, 20% untuk pendidikan, 10% untuk kesehatan. Kalau dulu hanya Rp 88 triliun, sekarang jadi Rp 315,9 triliun," ujar Sri Mulyani.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil dijaga di level yang positif kisaran 5% di tengah gejolak ekonomi dunia.

"Growth kita bisa tetap terjaga walau mengalami tekanan harga komoditas jatuh. Walau interest rate global sekarang naik. Inilah yang kami coba jaga terus agar momentum tetap terjaga dengan baik," ujar Sri Mulyani.




Tonton juga 'Sri Mulyani Dorong Perempuan Jadi Penggerak Perekonomian':

[Gambas:Video 20detik]

(ara/hns)

Hide Ads