Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan kekosongan beras tersebut terjadi karena pola tanam dan panen yang memiliki jeda waktu enam bulan. Alhasil, akan terjadi kekosongan di bulan Januari, Februari, dan Maret.
"Kita mulai awal tahun ini minus, polanya gitu. Jadi kita harus memenuhi kekurangan panen Januari, Februari, Maret," ungkap dia kepada detikFinance, Jumat (26/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, ia menyebutkan perlu adanya 10 juta ton beras cadangan guna menghadapi kekosongan di awal tahun 2019.
"Amannya itu 10 juta ton. Tapi hitungan akhir tahun Bulog itu 1,8 juta ton. Tapi kalau ada kegiatan operasi pasar yang lebih besar bisa lebih kecil lagi. Jadi perhitungan kasar 3-4 juta ton beras kita akhir tahun," jelas dia.
Adapun, perhitungan 10 juta ton tersebut didapat dari 9 juta ton untuk kebutuhan di bulan Januari-Maret. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan yang tidak terduga.
"Tiga bulan kan kebutuhan 9 juta ton. Nah yang sisanya untuk keperluan tidak terduga seperti banjir misalnya," pungkas dia.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan adanya surplus beras sebanyak 2,8 juta ton di tahun ini.
Tonton juga 'BPS: Indonesia Surplus Beras, Tapi Cuma Cukup Sebulan':
(fdl/fdl)