Cerita Susahnya Nadiem Bikin Gojek

Cerita Susahnya Nadiem Bikin Gojek

Saifan Zaking - detikFinance
Minggu, 28 Okt 2018 21:11 WIB
Foto: Pool (Instagram)
Jakarta - Go-Jek merupakan perusahaan start-up yang kini sudah bertransformasi menjadi unicorn. Valuasi perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu sudah lebih dari US$ 1 miliar.

Tapi di balik itu semua, ada perjuangan besar dari Nadiem Makarim selaku pendiri untuk mengembangkan Go-Jek. Cerita ini diungkapkan oleh Pendiri Northstar Group Patrick Walujo, yang menjadi penyandang dana Go-Jek sejak awal.

Patric bercerita, Nadiem mendirikan Go-Jek berawal dari pengalaman pribadinya menggunakan ojek konvensional yang tidak ada tarif yang pasti. Dari situlah muncul ide untuk membuat aplikasi ojek online dengan tarif yang muncul tanpa perlu tawar menawar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia pemakai ojek tetapi kok dia bilang kadang-kadang harganya Rp 40 ribu kadang-kadang harganya Rp 10 ribu kadang-kadang harganya Rp 20 ribu. Lalu carinya susah kalau lagi sore-sore enggak bisa dapat ojeknya. Jadi dia bikin sistem pengepukan ojek melalui telepon, tapi bisnisnya bisnis kecil itu lebih sebagai social enterprise," tuturnya dalam acara MilenialFest 90 Tahun Sumpah Pemuda di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (28/10/2018).


Patrick mengaku dulu pernah bertanya kepada Nadiem tentang rencananya membangun Go-Jek. Sebagai penyuntik dana, Patrick mengaku sempat punya pemikiran untuk menjual Go-Jek ke Uber.

"Itu gojek mau di apain? saya bilang saya baru ketemu sama pemiliknya uber. Dia bilang Uber mau mengembangkan bisnisnya di Indonesia, itu waktu itu Uber belom sebesar ini. Kenapa enggak dibikin Go-Jek menjadi aplikasi sebelum Uber masuk. Duluan bikin pakai motor, nanti sewaktu uber masuk bilang aja ke Uber biar mereka enggak usah masuk dari awal, intinya ide awalnya itu," ungkapnya.

Ide itu dijawab oleh Nadiem bahwa dia memang berniat untuk membuat aplikasi tersebut. Namun Nadiem mengaku tak punya dana untuk membuat aplikasi.

"Saya bilang gini kamu cari temen yang bisa bikin aplikasi, kira-kira butuh US$ 800 ribu untuk bikin aplikasi. Dia bilang saya enggak ada duitnya, saya bilang saya pinjemin uangnya. Anyway jadi Go-Jek diluncurkan, Go-Food dan Go-Send secara bersamaan," tambahnya.

Pada 2015, aplikasi Go-Jek resmi diluncurkan. Meski sempat terseok-seok, pada akhirnya Go-Jek terus berkembang secara masif.

Akhirnya Northstar percaya bahwa Go-Jek bisa terus berkembang dan melupakan tentang rencana penjualan ke Uber. Pihaknya pun terus menyuntikkan dana ke Go-Jek.


"Memang awalnya banyak kesulitan, tapi karena kegigihan dan ketekunan Nadiem dan kawan-kawan Go-Jek bisa seperti ini pada saat ini. Sesudah itu kita bisa invest terus ke Go-Jek investasinya cukup besar dan kita masih salah satu pemegang saham terbesar di Go-Jek," ujarnya.

"Bisnis Go-Jek ini memang membutuhkan modal yang besar. Tapi karena cukup berhasil jadi mereka bisa mendapat investor dari berbagai macam tempat dan sebentar lagi juga akan menyelesaikan pendanaan berikutnya, cukup besar deh pokoknya," tambah Patrick. (das/dna)

Hide Ads