LPS Beberkan Kondisi Terkini Perbankan RI

LPS Beberkan Kondisi Terkini Perbankan RI

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 30 Okt 2018 16:12 WIB
Foto: Danang Sugianto
Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai kondisi perbankan Indonesia masih dalam kondisi yang baik. Meskipun masih dibayangi tekanan dari kondisi ekonomi global.

Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menjelaskan indikator seperti rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) masih sebesar 22,93%. Kemudian return on asset (ROA) 2,42%, dan net interest margin (NIM) 5,01%.

Kemudian loan to deposit ratio (LDR) 93,19%, non performing loan secara kotor 2,74%. Pertumbuhan kredit 12,12% dan dana pihak ketiga (DPK) 6,88%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perbankan Indonesia sehat, meski ada beberapa indikator pelemahan. Secara kisaran modal masih kuat, CAR masih di angka 22,4% ini masih salah satu yang tertinggi di Asia, NIM juga masih tertinggi di Asia dan dunia," kata Fauzi dalam konferensi pers di kantor LPS, Jakarta, Selasa (30/10/2018).


Dia menambahkan pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Namun untuk DPK lebih hampir separuh lebih rendah daripada pertumbuhan kredit.

"Lebih rendahnya DPK ini karena adanya efek tax amnesty, persaingan dana dan penerbitan obligasi," jelas dia.

Fauzi menjelaskan LPS memperkirakan pertumbuhan kredit sepanjang 2018 di kisaran 11,5% dan 12,4% pada 2019. Kemudian untuk pertumbuhan DPK diperkirakan 7,2% pada 2018 dan 9% pada 2019.

Dia menambahkan saat ini bank BUKU III adalah kategori bank yang akan menghadapi tantangan besar. Pasalnya persaingan untuk mendapatkan dana akan lebih ketat.

"Tantangan ini bisa diperkecil dengan menghambat pertumbuhan kredit atau menaikkan suku bunga simpanan untuk menggalang dana simpanan," jelas dia.


Kemudian jika dilihat dari risiko nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Perbankan Indonesia saat ini sudah mampu melakukan pengelolaan risiko yang baik. Saat ini bank disebut sudah memiliki naturaly hedge. Jadi, jika bank menarik dana dari valuta asing (valas) maka penyaluran kredit juga dalam bentuk valas.

Fauzi menjelaskan saat ini perbankan sudah lebih aman jika dibandingkan dengan sebelum kondisi krisis 1997-1998. "Kalau dilihat risiko dari pelemahan kurs, kan tidak hanya di Indonesia, tapi juga di emerging market," jelas dia. (kil/ara)

Hide Ads