"Cabai ini komoditas strategis. Agar produksi cabai di Batam meningkat dan petani sejahtera, maka tidak hanya budidayanya, tapi cabai perlu ditingkatkan menjadi cabai olahan, dikemas saset atau botol," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPRI Daniel Johan dalam keterangan tertulis Kementan, Jumat (2/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel mengatakan agar buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri diperlukan adanya reformasi agraria. Mereka juga perlu didorong agar bisa mengembangkan industri pengolahan.
"Reformasi agraria khususnya di Kepri perlu dilakukan supaya buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri. Para petani agar mengembangkan industri pengolahan sehingga ada nilai tambahnya," tambahnya.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi menyampaikan bahwa pengembangan cabai di wilayah Kepri termasuk Batam ini dimaksudkan agar kebutuhan konsumsi sayuran khususnya cabai dapat dipenuhi dari petani sekitar.
"Tahun ini pengembangan cabai seluas 25 hektar dan tahun depan ditambah lagi 15 hektar. Ini agar dipupuk dan dirawat sehingga produktivitas tinggi," ujar Suwandi.
Suwandi berharap kawasan cabai di Kota Batam semakin luas serta produksinya meningkat. Selain itu bisa menjadi buffer zone untuk Kepri. Target ke depan, kata Suwandi, adalah mampu mengisi pasar ekspor ke luar negeri mengingat lokasinya yang sangat strategis berbatasan langsung dengan negara Singapura.
Menurut Ketua Kelompok tani Maju Mandiri, Thomas, pihaknya merupakan salah satu dari tujuh kelompok tani penerima bantuan pengembangan kawasan cabai seluas 25 hektare dari Kementerian Pertanian melalui APBN Direktorat Jenderal Hortikultura 2018.
Pihaknya juga mendapat binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian dalam bentuk demplot. Selain itu, petani juga mendapat bimbingan Sekolah Lapang Budidaya Cabai dalam mendukung pengembangan kawasan dan peningkatan produksi.
Sedangkan menurut petani di Desa Sitokok mereka mengharapkan bantuan alat dan sarana angkut. Petani mengeluhkan keterbatasan sarana pertanian.
"Kami mengharapkan dukungan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memberikan bantuan alat pertanian dan kendaraan angkut untuk pengembangan pertanaman cabai kami,"ujar Thomas, ketua Gapoktan Maju Mandiri.
Kunjungan dilanjutkan ke lokasi perubahan fungsi kawasan hutan dalam RT/RW di Batuaji Barelang lalu ke Balai Budidaya Laut, dan diakhiri ke gudang Bulog Batu Merah.
"Pengembangan cabai akan terus ditingkatkan untuk pemenuhan kebutuhan Kepri. Prospek ke depannya setelah tercukupi adalah membidik pasar ekspor cabai", tutup Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Riau, Muhammad Izhar.
Dari data Kementan, produksi cabai di Provinsi Kepulauan Riau pada 2017 lalu sebesar 3.005 ton, masing-masing produksi cabai besar 1.944 ton dan cabai rawit 1.061 ton. Harga cabai merah keriting di tingkat petani saat ini berkisar Rp 27 ribu - 35 ribu/kg.
Sedangkan produksi cabai nasional tahun 2017 sebesar 2,36 juta ton, terdiri cabai besar 1,20 juta ton dan cabai rawit 1,16 juta ton. Kebutuhan konsumsi nasional 2018 cabai besar 1,14 juta ton dan cabai rawit 0,86 juta ton.
Perkiraan Produksi 2018 naik lebih tinggi dan surplus meningkat. Sejak 2016 sudah tidak impor cabai segar. Sepanjang tahun 2017 - 2018 harga cabai stabil bahkan saat Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru.
(mul/ega)