Kesejahteraan Petani Diklaim Meningkat Dibanding Tahun Lalu

Kesejahteraan Petani Diklaim Meningkat Dibanding Tahun Lalu

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Jumat, 02 Nov 2018 13:40 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi (Pusdatin) Kementan Ketut Kariyasa mengatakan kesejahteraan petani pada Oktober 2018 lebih baik dari tahun lalu di bulan yang sama. Ia mengutip data yang disampaikan Badan Pusat Statistik.

Dalam data BPS, kata Kariyasa, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan daya beli relatif petani pada Oktober 2018 lebih tinggi 0,65 poin atau meningkat sebesar 0,58% dibanding dari Oktober tahun 2017. Pada Oktober tahun lalu, besarnya NTUP adalah 111,26, dan pada Oktober 2018 meningkat menjadi 111,91.

"Adanya perbaikan daya beli petani ini karena semakin membaiknya harga-harga relatif komoditas pertanian yang diterima terhadap harga input produksi yang digunakan petani," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (2/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia mencontohkan pada Oktober ini harga gabah di tingkat petani sebesar Rp 4937/Kg GKP atau naik sebesar 3,05 persen dibandingkan Oktober tahun lalu, Rp 4791/Kg GKP. Menurut dia, membaiknya harga komoditas pertanian di petani tak terlepas dari upaya Kementan melalui program Toko Tani Indonesia (TTI).

"Program tersebut berhasil menjaga harga di petani lebih menarik, dan sebaliknya harga pangan lebih terjangkau di konsumen," ujar Kariyasa.



Sementara itu masih dalam keterangan yang sama, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa inflasi masih terkendali sepanjang 2018. Ia mengharapkan inflasi bisa tetap terkendali hingga akhir tahun. Dia menjelaskan, pada periode Januari-Oktober 2018 inflasi mencapai 2,22% dan inflasi tahun kalender 3,16%.

"Artinya inflasi masih terkendali. Semoga November-Desember 2018 tetap terkendali sesuai harapan," ujarnya.

Khusus pada sektor pertanian, indeks harga produsen (IHP) mengalami kenaikan pada triwulan III-2018, yakni naik 1,09% (q-to-q) dari 138,84 pada triwulan II-2018 menjadi 140,35 pada triwulan III-2018.

Menurutnya inflasi harga produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh naiknya IHP di subsektor tanaman bahan makanan (2,40%), subsektor peternakan (2,13%), dan subsektor perikanan (1,32%). Sementara itu, subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan mengalami deflasi masing-masing 2,95% dan 0,47%.

Selain itu, sesuai data yang dikeluarkan BPS, jika dibandingkan dengan triwulan III-2017, sektor pertanian pada triwulan III-2018 mengalami inflasi harga produsen (y-on-y) sebesar 3,21%, yaitu dari 135,99 pada triwulan III-2017 menjadi 140,35 pada triwulan III-2018.

Hal ini dipengaruhi oleh naiknya IHP subsektor peternakan sebesar 4,96%, diikuti oleh subsektor perikanan sebesar 4,46%, subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,91%, dan subsektor kehutanan sebesar 2,65%. Subsektor perkebunan mengalami deflasi sebesar 1,27%. (mul/ega)

Hide Ads