"Justru itu, negara yang surplus secara ekonominya The Fed mau ngomong apa saja gapapa. Bahwa ini (faktor) eksternal itu namanya escape (pelarian) jadi karena tidak punya defense (pertahanan), tidak punya kebijakan defense, menyalahkan luar, nah itulah perilaku kayak gitu, tidak bagus" jelasnya Didik J Rachbini di Hotel Pullman, Selasa, Jakarta (6/11).
Ekonom Didik J Rachbini memandang tren pelemahan nilai tukar rupiah sudah terjadi dalam 5 tahun ke belakang. Hal itu dikarenakan tidak adanya kebijakan yang benar-benar fokus membenahi sumber penyebabnya yakni defisit transaksi berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan jika Indonesia surplus dalam neraca dagang apapun yang sentimen global seperti The Fed menaikkan suku bunga tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai tukar.
Didik menilai, pemerintah saat ini lebih cenderung menyalahkan sentimen eksternal. Padahal banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Jika pemerintah tidak berbenah diri dia yakin rupiah akan kembali melemah.
"Kalau sudah terlalu under value (di bawah nilai wajar) maka akan simpangan (turun) sendiri, ditambah kebijakan. Tidur pun nanti jadi Rp 16.000-17.000, under value gini lagi jadi tidak stabil," tutupnya.
Tonton juga 'Lemahnya Rupiah Bisa Jadi Daya Tarik Investor Asing':
(Saifan Zaking/dna)