Menurut Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri penguatan rupiah belakangan ini lebih karena dolar AS yang melemah terhadap mayoritas mata uang dunia. Ada dua sentimen yang membuat indeks dolar AS turun, salah satunya tercapainya kesepakatan Brexit yang membuat mata uang euro menguat.
"Brexit deals bahwa perusahaan jasa keuangan Inggris masih diperbolehkan akses ke pasar Eropa. Ini akhirnya membangun sentimen positif di market," tukarnya kepada detikFinance, Rabu (7/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lanjut! Rupiah Menguat Paling Tinggi di Asia |
Selain itu dolar AS juga melemah setelah adanya sinyal positif dari mereda tensi perang dagang. Presiden AS Donald Trump sudah melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping.
Dari sisi dalam negeri, mata uang rupiah ditopang dengan data makro ekonomi. Belum lama ini BPS merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2018 di level 5,17%.
"Pertumbuhan ekonomi di luar ekspektasi, ini bagus. Kalau lihat beberapa sentimen positif yang mendukung rupiah jadi lebih ke capital inflow setelah beberapa bulan terakhir dana asing keluar karena pemulihan ekonomi AS," tambahnya.
Meski begitu, Reny melihat masih ada beberapa kemungkinan gejolak yang akan terjadi di sisa dua bulan tahun ini, yakni rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) sekali lagi di Desember 2018 dan data neraca perdagangan RI yang kemungkinan masih defisit.
"Jadi selama tidak ada gejolak terlalu besar potensi penguatan akan berlanjut," tambahnya. (das/ara)