"Nilai ekspor yang US$ 15,80 miliar ini, year on year (yoy) naik 3,59%. Jadi ekspor Oktober itu naik," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (15/11/2018).
Ia mengatakan dibandingkan September, ekspor juga masih naik 5,87%. Peningkatan ekspor itu didukung tumbuhnya ekspor migas dan non migas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cadangan Devisa RI Naik jadi US$ 115,2 M |
"Untuk migas, nilai ekspor Oktober US$ 1,48 miliar, ada kenaikan 15,18%. Yang menyebabkan naik, kalau dilihat komponennya, nilai hasil minyak turun karena volume turun 39,86%, nilai minyak mentahnya turun 9,87%, yang membuat masih naik nilai gasnya naik tinggi 49,3%, sehingga kumulatifnya menyebabkan ekspor migas naik 15,18%," katanya.
Di sisi lain, kata dia, ekspor non migasnya tercatat sebesar US$ 14,32 miliar, ada kenaikan 4,99%.
"Peningkatan ekspor non migas peran utama berasal dari ekspor perhiasan dan permata, dan bahan bakar mineral, dan alas kaki," ucapnya.
Komoditas non migas yang mengalami kenaikan harga harga antara lain tembaga, perak, seng, dan emas.
"Empat komoditas mengalami kenaikan harga dari September ke Oktober. Sebaliknya ada beberapa komoditas yang turun harga di antaranya minyak kernel, minyak kelapa sawit, batu bara, dan cokelat," katanya.
Tonton juga 'Kenaikan Nilai Dolar Pengaruhi Dukungan Jokowi-Ma'ruf Amin':
(ang/fdl)