Jakarta -
Inggris telah mengambil langkah besar untuk keluar dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit). Dampaknya terhadap bisnis dan ekonomi Inggris terhadap kesepakatan ini akan terasa dalam dua tahun ke depan.
Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengatakan bahwa kabinetnya mendukung kesepakatan tersebut. Dengan kesepakatan ini, para investor juga akan memiliki sikap ke depannya.
"Ini adalah langkah yang menentukan yang memungkinkan kami untuk melanjutkan dan menyelesaikan kesepakatan di hari-hari mendatang. Ini adalah keputusan yang secara tegas untuk kepentingan nasional," kata May dikutip
CNN Business, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut berita selengkapnya dirangkum
detikFinance.
Perusahaan di Inggris dan Uni Eropa sudah mempersiapkan langkah menuju Brexit. Mereka dihadapkan pada ketakutan terbesarnya bahwa Inggris akan mengalami kesulitan pasca lepas dari Uni Eropa.
Kekhawatiran tersebut masih menghantui perusahaan di Inggris dan akan diantisipasi.
"Kami menghindari dari tidak adanya kesepakatan pada Maret 2019 karena ini berdampak ke kenaikan harga yang lebih tinggi dan mengurangi ketersediaan banyak produk sehari-hari," kata Helen Dickinson, Kepala Eksekutif Grup Industri.
Perusahaan manufaktur utama juga mendukung munculnya kesepakatan terjadinya Brexit.
"Kita perlu membuat kesepakatan ini berhasil. Yang kita butuhkan adalah kepastian," kata Juergen Maier, CEO Inggris dari raksasa rekayasa Jerman Siemens (SIEGY).
Kesepakatan itu mencakup periode transisi di mana sebagian besar aturan perdagangan untuk perusahaan di Inggris tetap sama. Kesepakatan disebut telah dicapai pada perdagangan jasa keuangan, dan kerja sama yang luas pada transportasi dan energi.
Akan tetapi iklim usaha juga diminta untuk mempersiapkan skenario di mana kesepakatan itu gagal.
"Kami masih mendesak dunia usaha untuk terus mempersiapkan skenario jadi atau tidaknya kesepakatan tersebut," kata Andrew Gray, Kepala Brexit di PwC.
Kesepakatan Brexit masih dihadapkan pada syarat keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan belum jelasnya hubungan perdagangan masa depan antara Inggris dan mitra dagang terbesarnya setelah masa transisi.
Kondisi nilai tukar poundsterling sudah bergejolak sejak Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa. Akan tetapi, nilai tukar Inggris tersebut akan menguat setelah terjadi kesepakatan.
"Jika kesepakatan disahkan, baik poundsterling dan euro akan menguntungkan," ujar Kit Juckes, Ahli Strategi di Societe Generale,
Ekonom Senior Berenberg Kallum Pickering mengatakan bahwa poundsterling akan menguat dalam dua tahap.
Penguatan poundsterling pertama diperkirakan terjadi saat parlemen Inggris menyepakati keputusan Brexit dan yang kedua terjadi di tahun berikutnya karena para investor sudah mengetahui iklim usaha Inggris pasca keluar dari Uni Eropa.
Para ekonom mengatakan kesepakatan Brexit akan meningkatkan ekonomi Inggris.
"Sementara risiko jangka panjang untuk potensi pertumbuhan Inggris dari Brexit semakin besar, prospek kesepakatan menghadirkan potensi kenaikan yang cukup besar bagi perekonomian Inggris dalam jangka menengah," kata Pickering.
Berenberg memperkirakan bahwa kesepakatan akan mengangkat pertumbuhan ekonomi menjadi 2% pada 2019, dari 1,3% tahun ini.
Perekonomian Inggris melambat setelah pemungutan suara Brexit, tetapi tidak terlalu dalam. Investasi juga merosot secara dramatis.
Brexit yang kacau, tanpa kesepakatan, bisa membuat ekonomi resesi berkepanjangan.
Halaman Selanjutnya
Halaman