"Karena rupiah-nya kemarin melemah, jadi mau nggak mau antisipasinya seperti itu (menaikkan suku bunga acuan). Jadi kalau dari kalangan dunia usaha bisa memahami hal itu. Hanya memang kan kita berharap, suku bunga yang ideal itu kan yang di bawah 5%. Jadi ruang kita untuk ekspansi menjadi lebih murah begitu bunganya," jelas dia kepada detikFinance, Jumat (16/11/2018).
Ia menjelaskan, dengan kebijakan BI menaikkan suku bunga acuan otomatis kebijakan tersebut akan direspons oleh bank-bank lainnya. Dampaknya, hal tersebut membuat rupiah kembali menguat terhadap dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, banyak cara untuk membantu rupiah pulih, salah satunya yaitu terus menekan impor dan menggenjot produksi untuk diekspor.
"Karena ini kan juga dipicu oleh defisit anggaran juga kan ya. Kemarin kan sudah diumumin lagi kan keluar lagi US$ 1,8 miliar. Impor migasnya besar, nah kalau itu kan sebenarnya nggak usah terjadi kalau pada waktu harga minyak itu mulai merangkak naik itu harga BBM nya kan ikut naik jadi tetap. Subsidinya kecil. cuma kan itu populis . Akhirnya gini kan," katanya.
"Jadi memang harus dilihat secara pragmatis dan realistis. Kalau populis susah, Memang ini sulit tapi gotong royong ya, kita benar- benar cari jalan keluar bersama sih," jelas dia.