Dia mulai menggeluti bisnis aquascape sekitar 7 tahun lalu. "Sekitar 7 tahun lalu berangkatnya dari ikan, pembesaran ikan hias kayak koral, gapi neon," kata dia di workshopnya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (13/11/2018).
Ketertarikannya pada aquascape salah satunya karena masuk ke forum komunitas di Kaskus. Dia mengaku tertarik lantaran, selain tak jauh dari dunia ikan, aquascape menawarkan keindahan sekaligus tantangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mengenal Bisnis Kebun di Akuarium Aquascape |
"Kerumitannya itu bikin seneng, butuh pupuk, bakteri, tanamannya tumbuh, banyak warna-warni, tumbuh terus. Kita gunting lagi, tumbuh lagi. Kayu, yang penting dari hutan asli bukan buatan," tambahnya.
Dirinya pun mengaku merogoh kocek tak sedikit saat pertama kali terjun ke aquascape. Setidaknya, dia mengeluarkan kocek sebanyak Rp 7 juta untuk belajar membuat kebun di akuarium sepanjang 90 cm.
"Kita beli di Sumenep. Kita bongkarin, kita pasangin. Itu baru kenal," ujarnya.
Biaya untuk aquascape memang mahal saat itu. Sebab, belum banyak penggemar aquascape sehingga materialnya relatif sedikit.
Untuk tanaman anubias salah satunya, kala itu harganya Rp 5 ribu per daun. Padahal, satu tanaman memiliki beberapa daun. Lalu, kayu untuk menghias aquarium harganya bisa mencapai ratusan ribu.
"Kita nggak tahu cara masangnya. Kayu Rp 700 ribu bayarin, sepotong 20 cm, Rp 750 ribu mahal. Kita kan takut pakainya kayu jambu, takutnya nggak boleh," ujarnya.
Saat mengerjakan proyek pertama pun berhasil meski ada tanaman yang mati. Sejak saat itu, dia terus belajar dan mengembangkan aquascape. (zlf/zlf)