Direktur utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan pencapaian ini tak lepas dari suasana kerja Bank Mandiri yang menyenangkan.
Menurut dia, saat ini bank harus mengubah cara kerja dari kesan kaku menjadi lebih luwes. Pasalnya saat ini dunia sedang menghadapi era Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity (VUCA). Jadi yang dikhawatirkan bukan saja pergeseran dari industri digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini pegawai Bank Mandiri mayoritas adalah generasi milenial. Jadi mereka kalau dikumpulkan punya cara pandang yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Bagaimana cara mereka memandang pekerjaannya dan cara melihat bosnya. Kami akomodir supaya mereka tidak kaku seperti kolonial," kata pria yang akrab disapa Tiko kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Karena itu, untuk menciptakan iklim yang nyaman dia mengubah pola pikir direksi agar mengikuti mau generasi milenial yang ada di Bank Mandiri. Hal ini dilakukan agar penyampaian pesan dari board of director (BOD) ke pegawai bisa lebih mudah.
Menurut Tiko dengan langkah seperti itu perubahan demi perubahan mulai muncul. Seperti kinerja yang meningkat dan keakraban antar pegawai mulai tercipta.
Hal ini yang menurut Tiko menjadi salah satu penilaian Forbes. "Saya tidak tahu ada survei apa di luar sana. Penilaian dari mana saja, bisa dari sosial media kan. Termasuk instagram saya, nah itu responnya kan positif saya rasa itu menjadi skor kepuasan untuk pegawai," jelas dia.
Posisi Bank Mandiri di daftar Best Employers sebelumnya adalah 83 namun tahun ini melesat ke posisi 11. Menurut Tiko pencapaian ini sangat menarik karena kepuasan pegawai artinya meningkat dari hari ke hari.
"Banyak orang yang salah menginterpretasikan ukuran perusahaan. Padahal kan ini dari kepuasan pegawai dan bisa di mana saja, perusahaan kita tidak perlu sebesar Google dan Facebook," kata dia.
Mantan kepala eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini menjelaskan saat ini pegawai adalah aset yang sangat penting untuk perusahaan. Karena itu harus dijaga dan terus dikembangkan kemampuannya.
Dia menceritakan, pegawai atau people di sebuah bank mampu menggerakkan kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik. Asalkan diarahkan dengan cara yang tepat.
Saat ini Bank Mandiri sedang berupaya untuk menerapkan arsitektur sosial. "Apa itu arsitektur sosial? ya seperti hubungan antara atasan dan bawahan, ini yang sering kali CEO tak pahami, kalau perusahaan adalah lembaga dan organisasi besar. Jadi untuk menghasilkan pegawai yang produktif dibutuhkan keakraban dan kebahagiaan yang tinggi," jelas dia.
Selama ini perusahaan banyak yang hanya fokus pada pengembangan fisik perusahaan dan bukan pada fokus pengembangan pegawai. (kil/zlf)