"Kalau data yang dirilis BPS tidak relevan ya percuma. BPS di seluruh dunia itu independen kalau tidak (independen) ya bubarin saja BPS nya," kata Suhariyanto dalam workshop di Aston Hotel & Resort, Bogor, Sabtu (24/11/2018).
Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,17% di Kuartal III-2018 |
Dia menjelaskan dalam setiap pengambilan data, BPS selalu mengidentifikasi kebutuhan pengguna eksternal dan internal. Kemudian memprioritaskan kebutuhan pada tingkat lembaga, lalu melihat ketersediaan data internal BPS melalui metadata serta menyiapkan business case.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya BPS tidak berdiri sendiri, karena kita selalu mengundang teman dari universitas, semua harus duduk bersama, sehingga saat data dirilis tidak menimbulkan dispute," terang Suhariyanto.
Setelah itu dilakukan pengumpulan dana dan pengolahan. Selanjutnya memproses mulai dari coding hingga klasifikasi, dan menganalisis data yang sudah dikumpulkan.
"Tidak hanya survei yang kami analisis tapi kami juga berusaha melihat koherensinya. Kemudian baru kita publish, kami juga sudah menggunakan infografis dengan tujuan statistik agar lebih ramah dan mudah dicerna," ujar dia.
BPS mengeluarkan antara lain data inflasi, data kemiskinan, data ekspor impor, data kunjungan wisatawan mancanegara, data kepuasan ibadah haji, data pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar petani. (kil/hns)