Sementara, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) merosot lebih dari US$ 1 per barel sebelum akhirnya ditutup melemah US$0,78 menjadi US$53,85 per barel.
Mengutip Reuters, Sabtu (24/11/2018) survei dari Bank of America Merill Lynch's mencatat investor memangkas alokasi untuk saham energi mereka sebanyak 7% dari bulan sebelumnya. Begitu pun dengan manajemen investasi di Eropa yang justru menjual sahamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika harga minyak kembali, sebagian besar lembaga mengaku cukup senang untuk melepaskan 20% hingga 25% sebagai awalan karena mereka sangat waspada. Minyak itu bisa rebound ke bawah dengan cepat," kata dia.
Sementara itu, beberapa perusahaan minyak pada dasarnya telah memperbaiki keuangan mereka sejak kejatuhan harga minyak di tahun 2014. Namun, saham perusahaan mereka masih saja sensitif terhadap pergerakan harga minyak.
Ahli Strategi Investasi Global di Rothschild & Co Wealth Management Kevin Gardiner mengaku senang terhadap perdagangan harga minyak setelah memantau di awal tahun. Namun ia kembali mengingatkan investor untuk waspada.
"Sama seperti tinta yang mengering pada harga minyak, kami berbalik dan melihat sektor itu menarik dan sekarang jauh sedikit, soal waktu pasar. Anda harus benar-benar berhati-hati dengan komoditas itu karena ini menyinggung waktu pasar," pungkas dia.