Japan Railway (JR) atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Japan National Railway (JNR) menjadi perusahaan yang paling banyak mengoperasikan jalur kereta. Berdasarkan data yang diterima detikFinance, JR mengoperasikan setidaknya 73% (20.127 km) dari total 27.607 km jalur kereta yang ada di Jepang.
JR sendiri bukan tanpa jalan terjal bisa sukses mengoperasikan begitu banyak jalur kereta seperti saat ini. Pada tahun 1987, JR yang sebelumnya dimiliki oleh pemerintah akhirnya diprivatisasi menjadi perusahaan swasta agar bisa mengembangkan usahanya di luar penjualan tiket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kami memulai operasi dengan jumlah pegawai yang lebih banyak dari yang diperlukan. Hal itu karena ada pegawai eksisting yang harus kami tetap pekerjakan. Saat awal pengoperasian, finansial juga cukup parah. Meski pendapatan kami saat 1987 sudah mencapai JPY 130 miliar, tapi kami masih rugi JPY 30 miliar," kata Manager Planning Departement Corporate Planning Headquarter Kyushu Railway Company, Makoto Kawano dalam sebuah paparan di Kantor Stasiun Hakata City, Fukuoka, Jepang, Selasa (27/11/2018).
Selepas diprivatisasi, JR Kyushu mulai mengembangkan bisnisnya. Menurutnya, bisnis transportasi khususnya perkeretaapian tak cukup hanya mengandalkan dari penjualan tiket. Usaha mereka melakukan diversifikasi bisnis non tiket mulai membalikkan keadaan yang lebih baik.
Di tahun 1987, pendapatan dari tiket kereta mencakup 81,8% dari total pendapatan yang membuat JR Kyushu masih menderita kerugian JPY 28,8 miliar. Sementara pendapatan non tiket hanya menyumbangkan kontribusi 18,2%.
Perbedaan mencolok terlihat saat pengembangan bisnis non tiket mulai dilakukan masif. Pada tahun 2017 lalu, pendapatan non tiket menyumbangkan kontribusi tertinggi perusahaan sebesar 63,4% sementara dari tiket menyumbangkan kontribusi 36,6%.
"Sekarang sudah 30 tahun berjalan setelah privatisasi, kami akhirnya mencatat keuntungan JPY 46,7 miliar pada tahun lalu," katanya.
Kawano menjelaskan, pengembangan kawasan stasiun yang terintegrasi dengan ruang komersil mutlak diperlukan untuk menutup kekurangan pendapat di bisnis tiket. Hal tersebut dibuktikan saat dibukanya jalur kereta Shinkansen di Kyushu pada 2011 lalu yang ternyata tak memberi kontribusi signifikan pada pendapatan tiket.
Namun, bisnis layanan transportasi harus tetap menjadi bisnis utama perusahaan karena hal tersebut yang bisa mendorong pendapatan di sektor bisnis non tiket. Untuk itu, pelayanan transportasi kereta tetap menjadi perhatian yang paling diutamakan.
"Pada awal didirkan, kami sedikit demi sedikit belajar untuk melakukan renewal (pembaharuan), sehingga lama kelamaan kami mampu membangun stasiun skala besar tahun 1998 di Kyushu. Tahun 2000 juga membangun stasiun di Nagasaki, dan semua station building ini sudah menjadi shopping centre ternama di Jepang," jelasnya.
JR Kyushu tak berhenti pada fasilitas komersial, tapi juga mengembangkan bisnis dari sudut pandang pembangunan perkotaan. Sejak tahun 1988, JR Kyushu juga memulai bisnis apartemen di sepanjang jalur kereta yang mereka lalui.
Lalu kemudian, ada pula anak usaha yang mengembangkan bisnis ritel, restoran, hingga hotel.
"Dari usaha railway, kami akan tetap jamin kenyamanan dan keselamatan yang tinggi untuk tetap memperoleh kepercayaan dari pengguna. Dengan bermodalkan security dan trust, kami melakukan bisnis dengan efek sinergi. Kami menganggap dengan mengembangkan bisnis-bisnis yang meningkatkan kompabilitas, dapat mengembangkan bisnis kami," ucapnya.
(eds/dna)