Seperti diketahui dolar AS sempat tembus Rp 15.000, namun turun ke posisi dolar AS di level Rp 14.300.
"Rupiah menguat, harga minyak turun itu rezeki dari Allah buat PLN, buat karyawan, buat kalian," kata Direktur Utama PLN Sofyan Basir di DPR Jakarta, Kamis (29/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sofyan mengatakan, setiap rupiah menguat Rp 100, maka beban yang ditanggung PLN turun Rp 1,3 triliun. Dia berharap rupiah terus mengalami penguatan.
"Bayangkan untuk Rp 100 turun, dapat Rp 1,3 triliun, besar kan. Makanya kita selalu berdoa supaya rupiah kuat-kuat," tambahnya.
Soal proyeksi keuangan PLN hingga akhir tahun, Sofyan tak memberikan penjelasan.
"Belum tahu, masih sebulan lagi," kata Sofyan.
Sebagai informasi, PLN hingga kuartal III-2018 menderita kerugian hingga Rp 18,48 triliun. Catatan ini berbanding terbalik dengan periode yang sama di 2017 yang mana PLN berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 3,05 triliun.
PLN mengantongi pendapatan usaha Rp 200,9 triliun. Angka itu naik 6,9% dari pendapatan usaha di kuartal III-2017 sebesar Rp 187,88 triliun, namun jumlah beban usaha perusahaan naik dari Rp 200,3 triliun menjadi Rp 224 triliun.
Beban paling besar adalah beban bahan bakar dan pelumas yang naik cukup tinggi yakni dari Rp 85,28 triliun menjadi Rp 101,87 triliun. Hal itu membuat rugi usaha sebelum subsidi naik dari Rp 12,42 triliun menjadi Rp 23 triliun. Sementara ditambah subsidi pemerintah naik tipis dari Rp 36,19 triliun menjadi Rp 39,77 triliun.
Sehingga laba setelah subsidi anjlok cukup parah dari Rp 23,76 triliun menjadi Rp 16,69 triliun. Beban keuangan perseroan juga bertambah dari Rp 14,78 menjadi Rp 16,18 triliun
(hns/hns)
PLN mengantongi pendapatan usaha Rp 200,9 triliun. Angka itu naik 6,9% dari pendapatan usaha di kuartal III-2017 sebesar Rp 187,88 triliun, namun jumlah beban usaha perusahaan naik dari Rp 200,3 triliun menjadi Rp 224 triliun.
Beban paling besar adalah beban bahan bakar dan pelumas yang naik cukup tinggi yakni dari Rp 85,28 triliun menjadi Rp 101,87 triliun. Hal itu membuat rugi usaha sebelum subsidi naik dari Rp 12,42 triliun menjadi Rp 23 triliun. Sementara ditambah subsidi pemerintah naik tipis dari Rp 36,19 triliun menjadi Rp 39,77 triliun.
Sehingga laba setelah subsidi anjlok cukup parah dari Rp 23,76 triliun menjadi Rp 16,69 triliun. Beban keuangan perseroan juga bertambah dari Rp 14,78 menjadi Rp 16,18 triliun