Usai rapat, Andy hanya mengatakan, rapat ini membahas progres proyek 35.000 megawatt (MW).
"Rapat, masalah hanya untuk mengevaluasi kemajuan program listrik 35.000 MW," kata Andy di DPR, Jakarta, Kamis (29/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan ada yang di perencanaan, ada pengadaan, ada pembangunan, konstruksi, ada yang masuk COD (commercial operation date) artinya sudah menyala. Yang sudah sampai Oktober mendekati 7-8% yang sudah menyala, karena pembangunan lebih cepat, apa itu? Pembangkit listrik tenaga gas itu bisa 8-9 bulan sampai 10 bulan, satu tahun selesai," terang Andy.
Dia menambahkan pembangkit yang rampung hingga akhir 2019 berkapasitas sekitar 15.000 hingga 17.000 MW, sebab untuk saat ini konstruksi sudah mencapai 52%.
"Jadi akhir tahun 2019 diharapkan 15.000 sampai 17.000 MW nyala semua," paparnya.
Lantas, bagaimana sisanya? Andy mengatakan, program 35.000 MW tidak ditunda, hanya menyesuaikan konsumsi listrik masyarakat.
"Itu bukan diundur, itu penyesuaian supply demand, neracanya. Kalau memang demand masih rendah, kalau dipercepat kan PLN ngebakar bahan bakar, menghasilkan listrik tapi nggak ada yang beli. Neraca supply demand yang kita lihat," tutur mantan Kepala BPH Migas itu. (hns/hns)