Adalah Aditya Rahman sang modifikator sepatu. Bisnisnya adalah jasa yang sebenarnya mirip dengan sol sepatu keliling. Bedanya Adit menuangkan penuh kreasi, inovasi dan ide-ide ke sepatu yang dimodifikasinya.
Adit bak 'dokter gila' yang memutilasi sneakers yang kemudian dia satukan kembali dengan jaitan sana-sini. Hasilnya, sneakers berubah menjadi boots yang gagah. Itulah mengapa produk modifikasi sepatunya diberi nama The Frankenstein.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hampir semua merek sneakers bisa dia modifikasi. Mulai dari Converse, Vans hingga Onitsuka Tiger sudah pernah dia modifikasi.
Untuk produknya, Adit menawarkan dua pilihan paket, bisa membawa sepatu sendiri atau beli jadi sepatu yang sudah dimodifikasi. Untuk paket pertama dibanderol biaya jasa Rp 1,5 juta, sementara paket kedua sekitar Rp 2,5 juta tergantung harga sepatu aslinya.
Harga itu tentu bukan patokan pasti. Sebab tergantung dari tingkat kerumitan dan detil modifikasinya.
"Jadi untuk paket kedua itu harga sepatu di toko ditambah 20% untuk ongkos beli, kemudian ditambah biaya modifikasi. Kalau ditambah teknik yang lebih tinggi, ya harganya bisa lebih tinggi," ujarnya.
Terasa mahal? Ya maklum saja, Adit menggunakan bahan sol berkualitas dunia. Untuk sol dia menggunakan merek Vibram, sebuah perusahaan sol dunia yang sudah berdiri sejak 1937.
Adit membeli sol Vibram yang dia impor dari Jepang dengan minimum pembelian untuk 10 pasang. Sebab saat ini Vibram sendiri belum ada di Indonesia.
Selain itu, saat tengah membuat si Franskenstein itu Adit tak pernah setengah hati. Awalnya dia mendengarkan modifikasi seperti apa yang diinginkan pelanggannya, kemudian dia tambahkan ide-ide gilanya.
Bayangkan, Adit pernah memodifikasi sepatu Converse yang kemudian dia gabungkan dengan tas MCM. Tas milik istrinya itu dia potong, kemudian dia tempel ke sepatu Converse dan digabung dengan sol Vibram.
Dia juga pernah memodifikasi sepatu yang kulitnya tampak disambung-sambung dengan stapler, sehingga sepatu itu terlihat seperti kepala Frankenstein. Dengan tingkat kerumitan yang tinggi, Adit pernah menjual sepatu modifikasi hingga Rp 6 juta.
Untuk modifikasi sepatu Adit mengaku biasanya membutuhkan waktu rata-rata 7-10 hari. Setiap bulan Adit mengaku bisa mendapatkan 30 pesanan. Bisa dihitung sendiri berapa sekiranya omzet yang bisa dia dapatkan setiap bulannya.
![]() |
Untuk profit, Adit tidak secara gamblang menyebutkannya. Namun dia membocorkan margin profit yang dia ambil cukup besar. Maklum, jasa yang berhubungan dengan kreativitas memang tidak ada patokan yang pasti.
"Kalau bisa double up your money it's good business. Tapi bukan karena saya mau ambil untung banyak, ada banyak hal di dalamnya, ada kualitas, teknis servis, estetika dan lain-lain. Jadi bukan hanya cari keuntungan semata tapi banyak hal yang saya kasih," tambahnya.
Bisnis jasa modifikasi sepatu ini sebenarnya baru dimulai Mei 2018. Tapi sebelum memulai bisnisnya, Adit melakukan riset dan belajar terlebih dahulu.
Dia sebelumnya merupakan arsitek yang bekerja di Papua Nugini. Namun karena disana ekonominya tengah bergejolak karena tahun politik, perusahaan tempat dia bekerja tengah berhenti beroperasi.
Sambil menunggu dia pulang ke Indonesia. Untuk mengisi waktu dia mencari-cari ide untuk berbisnis. Ide jasa modifikasi muncul sebenarnya lantaran kegemarannya mengkoleksi dan menjual sepatu boots asal AS, Red Wings.
"Saya jual pelajari sepatu itu. Ternyata sepatu itu yang buat awet itu bagian atasnya, bagian bawahnya atau sol memang bisa habis dan harus diganti," tambahnya.
Baca juga: Bisnis Menggiurkan dari Sampah Plastik |
Untuk jasa reparasi sol Red Wings hanya ada di Singapura, Jepang dan AS. Sementara di Indonesia pengguna Red Wings cukup banyak. Dari itu muncul ide awal untuk membuka jasa reparasi sepatu Red Wings.
Pada Januai 2018, dia mulai buka jasa reparasi sol Red Wings dengan bahan dari Vibram yang dia impor dari Jepang. Iseng-iseng dia mulai mencoba modifikasi semua sepatu menjadi boots. Hingga akhirnya dia tutup usaha reparasi Red Wings dan secara penuh menerima jasa modifikasi sepatu.
![]() |
Ke depan dia ingin memproduksi sepatu miliknya sendiri. Tidak ada merek yang dia siapkan. Di otaknya saat ini dia ingin membuat sepatu dengan nama julukan yakni Dr Jekyll dan Mr Hyde.
Sama seperti dalam karakter novelnya yang berkarakter ganda, sepatu Dr Jekyll akan dibuat semi formal. Sementara untuk Mr Hyde dibuat kasual dengan konsep sneakers.
"Kemudian kalau itu berhasil saya nanti akan buat Ms Hyde dan Little Monsters sepatu untuk anak 5-8 tahun, tentunya bentuknya boots," tutupnya.