"Kesan saya bahwa fasilitas yang dibangun 45 tahun yang lalu ini masih terawat dengan baik, itu yang pertama," ujar Jonan di lokasi, Bontang, Sabtu (1/12/2018).
Jonan menambahkan bahwa standar keamanan kilang masih sama seperti dulu. Standar keamanan menjadi penting pada kilang untuk menjaga keselamatan.
Menggambarkan bahwa safety standardnya masih sesuai dengan apa yang dulu dibangun, yaitu sesuai dengan standard keselamatan yang digunakan seluruh kegiatan industri migas yang sama di seluruh dunia.
Jonan berharap kapasitas penyimpanan Kilang Badak LNG bisa dimaksimalkan.
"Harapannya mungkin tahun 2021 atau 2022 sudah mulai jalan lagi. Ada yang besar memang ya itu proyek IDD. Jadi IDD itu di Selat Makasar wilayah kerjanya Rapak dan Gendalo, harapannya kalau itu sudah berproduksi mungkin nanti badak LNG harus mengaktifkan lagi kedelapan trainnya," tutur Jonan.
"Tapi kesan saya sih ini dirawat dengan bagus dan fasilitasnya juga masih modern. Menurut informasi mengatakan juga efisiensi biaya operasi, secara keseleruhan, salah satu yang efisien di dunia," tambah Jonan.
President Director Badak LNG Didik Sasongko dalam kesempatan yang sama memaparkan produksi kilang didistribusikan ke mana saja. Produksi Kilang Badak LNG diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri sedangkan kelebihannya diekspor.
"Nanti setiap sebelum empat atau tiga bulan sebelumnya pasti ditanya, domestiknya ada yang mau nggak? Kalau nggak ada yang mau ya mesti ekspor," ujar Didik.
Didik menambahkan bahwa produksi gas mayoritas dikonsumsi dalam negeri, sedangkan sisanya diekspor ke Jepang, Korea Selatan hingga Taiwan.
"Kan nggak mungkin ke Malaysia atau ke Bangkok. Bangkok nggak mungkin karena dia ambil jangka panjang dari Qatar kan," ujar Didik.
(ara/ara)