Salah satu strateginya yaitu mendorong penggunaan B20 untuk mencampur BBM impor menggunakan minyak sawit yang banyak diproduksi di dalam negeri.
"Pertama tadi yang kita lakukan yaitu soal B20. Di tahun ini dan tahun depan kita bisa mengurangi impor (BBM) kita sampai US$ 7,5 miliar atau bisa lebih," jelas dia dalam acara seminar di Hotwl Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk produksi minyak mentah sebanyak 525 ribu bopd atau sekitar 59% berasal dari dalam negeri. Minyak mentah dari impor sendiri sebesar 360 ribu bopd atau mengambil porsi 41%. Secara total, jumlah minyak mentah yang diproduksi mencapai 885 ribu barel bopd.
Impor BBM yang dilakukan Indonesia membuat neraca perdagangan RI defisit. Salah satu kuota terbanyak dalam menyumbang defisitnya neraca perdagangan RI yaitu karena banyaknya impor BBM.
Selain mencampur BBM dengan B20 untuk mengatasi neraca dagang yang defisit, pemerintah juga memiliki strategi di sektor lain. Luhut mengatakan caranya yaitu dengan mendorong kunjungan untuk menggenjot pemasukan di sektor pariwisata dan mendorong industri menggunakan produk-produk di dalam negeri.
"Pariwisata kita kita mungkin dapat US$ 7 miliar. Kemudian tadi global conten karena kita mendorong strategi industri-industri kita untuk menggunakan sebanyak banyaknya produk dalam negeri kita. Sehingga saya yakin tahun depan karena tahun defisit kita kalau pun defisit antara US$ 8-9-10 miliar. Jadi jauh lebih bagus daripada apa yang terjadi sekarang," jelas dia.
Selain itu untuk mendorong pemasukan di dalam negeri dan menutup kekurangan dari defisit Luhut juga menyarankan industri-industri dalam negeri bisa terintegrasi. Jika berbagai industri di dalam negeri bisa terintegrasi, maka produksi akan semakin efisien.
"Kita kembangkan apa yang kita butuhkan yaitu integrated industri itu jadi efisien. Tadinya berbelas belas tahun, kita hanya mengkespor rolled material (bahan mentah)," jelas dia.
Baca juga: Rencana Prabowo Beresin Masalah BBM |
Ia juga menjelaskan, ada pula strategi lain untuk menambah pemasukan negara. Yaitu dengan memproduksi nikel yang banyak terkandung di tanah Indonesia.
"Sekarang saya baru tahu juga beberapa tahun terakhir. Rupanya kita punya carangan nikel terbesar di dunia. Cadangan nikel itu merupakan bahan pokok untuk litium baterai litium baterai merupakan salah satu teknologi yang dibutuhkan untuk energi terbarukan," jelas dia. (das/das)