Menurut Amran program Serasi mengembangkan lahan rawa menjadi pertanian produktif yang dapat mencapai peningkatan produktivitas padi dari yang biasanya 2,7 hingga 3,0 ton per hektare menjadi 5,0 hingga 6,5 ton per hektare.
"Program Serasi juga ditargetkan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 1 kali tanam menjadi 2 sampai 3 kali tanam (IP300), yaitu menanam padi-padi-jagung, atau padi-padi-kedelai dalam satu tahun," jelas Amran dalam keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut diungkapkannya dalam Rapat Koordinasi Program Selamatkan Lahan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Amran menjelaskan total lahan rawa yang dioptimalisasikan dalam program Serasi mencapai 274 ribu hektare, terdiri dari lahan lebak dan pasang surut yang tersebar di 8 kabupaten/kota.
Ia mengatakan, Kabupaten Banyuasin memiliki lahan rawa pasang surut terluas hingga 130 ribu hektare. Kemudian disusul oleh Ogan Komering Ilir (OKI) dengan 65 ribu hektare, Musi Banyuasin 33 ribu hektare, Ogan Ilir 20 ribu hektare, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur 10 ribu hektare, Muara enim 10 ribu hektare, PALI 5000 hektare, dan Muratara 1.000 hektare.
"Contoh keberhasilan pengelolaan lahan rawa lebak sudah ditunjukkan di Kabupaten Ogan Ilir. Produktivitas dapat mencapai 6,5 ton per hektare yang tadinya tidak bisa dikelola masyarakat karena selalu tergenang dan kemasaman tanah yang tinggi. Faktor kuncinya adalah pengelola sistem pengairan dengan membuat saluran drainase," jelasnya.
Lebih lanjut Amran pun menegaskan masalah utama pengembangan lahan rawa lebak untuk pertanian adalah air tergenang, banjir, serta kandungan pirit yang menyebabkan air dan tanah sangat masam bahkan kadang bergambut.
Oleh sebab itu menurutnya karena kelebihan atau kekurangan air merupakan kendala utama di lahan rawa, maka pengelolaan air yang baik merupakan kunci keberhasilan pertanian di lahan rawa.
"Bentuk pengelolaan air dapat berupa sistem aliran satu arah dan sistem tabat," pungkasnya.