IDH The Sustainable Trade Initiative juga akan menyusun kriteria perusahaan mitra di Indonesia yang berpeluang mengekspor produk rempahnya ke UE. Panduan tersebut nantinya akan menjadi pedoman yang harus dipenuhi mitra di Tanah Air untuk menembus pasar Benua Eropa.
Sekjen Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro juga meminta IDH The Sustainable Trade Initiative untuk segera memetakan kriteria rempah berkelanjutan, sesuai kebutuhan industri pengolahan di Eropa yang mengimpor kebutuhan bahan bakunya, salah satunya dari Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikannya saat menggelar pertemuan dengan IDH The Sustainable Trade Initiative di tengah lawatannya menghadiri Sidang Executive Board IFAD yang ke-125 di Roma.
Pertemuan dengan pihak IDH The Sustainable Trade Initiative tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pembentukan Indonesia Sustainable Spices Initiative (SSI Indonesia) yang diresmikan di Jakarta pada 29 November 2018.
Syukur menyampaikan pemerintah membentuk SSI Indonesia didasari upaya meningkatkan kualitas rempah nasional, sekaligus mendorong kemitraan industri pengolahan rempah di UE dengan petani dan produsen di Tanah Air.
Ide pembentukan inisiatif tersebut juga dilatarbelakangi semakin ketatnya kriteria keamanan pangan yang diberlakukan di UE. Pasalnya, blok 28 negara tersebut kian ketat dalam menentukan kriteria keamanan pangan, guna memastikan produk yang dikonsumsi telah memenuhi kriteria sustainability.
"Alasan awal dari pembentukan SSI adalah juga adalah untuk menjamin adanya kepedulian dari para buyer untuk turut terlibat dalam upaya menghasilkan produk rempah berkualitas tinggi dan berkelanjutan. Kriteria akan menjadi benchmark dalam melakukan pendekatan kepada calon mitra strategis SSI Indonesia," ungkapnya.
IDH pun menindaklanjutinya dengan segera akan melakukan sejumlah pertemuan bilateral dengan para perusahaan mitra di UE, untuk mendorong mereka segera melakukan investasi di tingkat petani salah satunya melalui training, postharvest handling, maupun logistik.
Berbeda dengan SSI India yang sangat private-oriented atau SSI Vietnam yang bersifat government-oriented, Syukur menyebut SSI Indonesia diharapkan dapat mengedepankan prinsip public-private partnership dan menggaransi keterlibatan penuh dari para petani, yang menjadi mitra utama para pengusaha rempah di Uni Eropa.
SSI Indonesia akan melakukan diskusi intensif untuk menyepakati pola kerja sama yang akan dipilih, di antaranya apakah mengikuti kerja sama yang dilakukan oleh Verstegen dengan petani lada di Bangka, pola kerja sama seperti proyek "PIS AGRO", atau menyusun bentuk kerja sama yang baru.
Untuk diketahui, dalam kesempatan tersebut Syukur didampingi Atase Pertanian RI untuk Uni Eropa Wahida Mahrabi, bertemu dengan pihak IDH yaitu Jan Gilhuis (Senior Program Manager) dan Daan Wensing (Program Director Global Landscapes, Palm Oil and Timber), serta perwakilan dari industri Heykal Balbaid (Unispices Wazaran). (mul/mpr)