Demikian dikutip dari keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Selasa (17/12/2018). ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 178,3 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar US$ 182,2 miliar.
Baca juga: Luhut: Tak Benar RI Hidup dari Utang! |
ULN Indonesia tumbuh 5,3% (year on year/yoy), sedangkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 4,2%. Pertumbuhan ULN disebabkan pertumbuhan ULN pemerintah dan ULN swasta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun mengalami pertumbuhan, nilai nominal ULN pemerintah pada Oktober 2018 lebih rendah dibandingkan September 2018 yang mencapai US$ 176,1 miliar. Penurunan tersebut karena posisi pinjaman dan SBN yang dimiliki oleh investor asing turun.
Sementara itu, ULN swasta pada Oktober 2018 tumbuh 7,7% (yoy), sedangkan bulan sebelumnya tumbuh 6,7% (yoy). Utang ini didorong pertumbuhan ULN pada sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA).
Baca juga: Luhut: Tak Benar RI Hidup dari Utang! |
Sebagian besar ULN dimiliki sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor LGA, serta sektor pertambangan dan penggalian atau 72,9% dari total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia masih dianggap sehat. Pasalnya rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2018 stabil di kisaran 34%. (hns/hns)