Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Luctor Etemergo menjelaskan angka Rp 101 triliun kenaikannya 10,3% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya Rp 91,7 triliun.
Untuk Jabodetabek, uang tunai yang diedarkan sekitar Rp 23,4 triliun (23,2%), Jawa Non Jabodetabek Rp 28,4 triliun (28,1%) atau di Jawa sekitar Rp 51,8 triliun. Sementara itu untuk Sumatera Rp 21,2 triliun (21%) dan Kawasan Indonesia Timur sebanyak Rp 28,1 triliun (27,7%).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan untuk mengantisipasi hal tersebut, BI memiliki empat strategi dalam melayani kebutuhan uang tunai. Pertama, menjaga ketersediaan kas secara nasional. Kedua, melakukan distribusi uang kepada seluruh satuan kerja (satker) kas dan melakukan kegiatan layanan kas di seluruh wilayah satker kas.
"BI juga mengoptimalkan pengolahan uang di seluruh satker kas dalam rangka meningkatkan persediaan uang. Keempat, mengoptimalkan peran kas titipan untuk melakukan distribusi uang dan peran kas keliling untuk melakukan penukaran," kata dia.
Direktur Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran (DPSP) Ery Setiawan menjelaskan, untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, BI juga terus mengoptimalkan sistem pembayaran non tunai, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
"BI telah melaksanakan pengujian terhadap seluruh infrastruktur guna memastikan terselenggaranya layanan sistem pembayaran secara aman, lancar dan efisien khususnya apabila terjadi peningkatan volume transaksi pada akhir tahun," kata dia.
Baca juga: BI Sebut Stabilitas Keuangan Tetap Terjaga |
BI juga terus berkoordinasi dengan peserta sistem pembayaran, guna memastikan optimalnya kegiatan sistem pembayaran. Bank Indonesia juga terus mengingatkan masyarakat untuk mendukung Gerakan Nasional Nontunai (GNNT), misalnya bagi masyarakat yang melakukan perjalanan melalui ruas tol, semua gardunya telah menerima pembayaran non tunai melalui uang elektronik. Dengan penggunaan uang elektronik di gardu tol, perjalanan masyarakat diharapkan menjadi lebih lancar.
Untuk kenyamanan bertansaksi, masyarakat juga diharapkan berhati-hati dalam melakukan transaksi dengan meneliti ciri-ciri keaslian uang dengan metode 3D (Dilihat - Diraba - Diterawang). Sementara, untuk memudahkan mengenali keaslian uang rupiah, masyarakat dihimbau agar senantiasa menjaga dan merawat rupiah dengan baik melalui metode 5 Jangan: Jangan Dilipat, Jangan Dicoret, Jangan Distapler, Jangan Diremas, dan Jangan Dibasahi.
Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan perbankan dan pihak-pihak terkait guna memastikan optimalnya layanan uang tunai dan kegiatan sistem pembayaran. Dengan langkah-langkah antisipatif yang dilakukan, Bank Indonesia berharap kegiatan ekonomi masyarakat pada Hari Raya Natal dan akhir tahun 2018 dapat berjalan dengan lancar, aman dan nyaman. (kil/ara)