Tarik Tarif Bagasi, Maskapai Murah Bisa Ditinggal Konsumen

Tarik Tarif Bagasi, Maskapai Murah Bisa Ditinggal Konsumen

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 11 Jan 2019 18:46 WIB
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - Lion Air dan Citilink Indonesia akan memasang tarif bagasi yang sebelumnya gratis. Dengan adanya biaya tersebut, masyarakat akan makin sulit menjangkau pesawat. Ujung-ujungnya mereka akan beralih ke moda transportasi lain, khususnya untuk rute-rute pendek.

"Karena kan dulu masyarakat menggunakan pesawat karena saat itu maskapai ramai ramai menyesuaikan dan menjadikan tarif hemat, makanya banyak (yang menggunakan)," kata Pakar transportasi Azas Tigor Nainggolan saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

"Nah ke depan saya pikir untuk jarak dekat, jarak menengah itu alternatifnya masyarakat akan pakai bus kota, kereta, atau mungkin dengan kendaraan pribadi," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan tarif bagasi, ditambah tiket pesawat makin mahal, bus bisa menjadi pilihan.

"Misalnya ke Jogja, ke Semarang ya, sekarang ini kan masyarakat sebelumnya pakai pesawat karena harganya sekitar Rp 400 ribu, bus tarifnya Rp 350 ribu, beda tipis kan. Kalau sekarang tadi saya lihat sudah Rp 700 ribu lebih pesawatnya, ada bagasi bayar lagi," ujarnya.


Lanjut dia, untuk rute tersebut, bila naik kereta eksekutif juga lebih murah, yaitu Rp 350-375 ribu. Kereta eksekutif juga tidak kalah nyaman dari pesawat.

Terlebih saat ini Pulau Jawa sudah terhubung tol. Bukan tidak mungkin untuk rute-rute pendek masyarakat lebih pilih naik kendaraan pribadi lewat Tol Trans Jawa.

"Apalagi ada Tol Trans Jawa kan, hitung hitung masih lebih murah daripada naik pesawat, nyaman lagi. Karena kalau misalnya Jakarta-Semarang, kan bisa 6 jam karena Tol Trans Jawa kan," ujarnya.

"Kalau naik pesawat saya misalnya ke Cengkareng, ke Cengkarengnya saja sudah 2 jam. Terus juga di bandaranya nunggu kan, jadi waktunya juga beda tipis. Terutama itu untuk yang jarak menengah, itu akan hijrah," tambahnya.

Senada dengan dia, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, pada akhirnya masyarakat akan menentukan pilihan moda transportasi yang dianggap lebih terjangkau buat mereka.

"Siapa sih yang mau bayar ekstra? tapi gini, kita lihat kalau misalnya memang itu jadi keberatan, orang pasti cari cara lain melakukan perjalanan kan, (pilih) maskapai a kah, b kah, c kah, kereta kah, bus kah, itu tergantung penilaian dia," jelasnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads