Menjawab pertanyaan tersebut, Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, pihaknya sudah mempertimbangkan secara matang hal tersebut. Apalagi infrastruktur yang dibangun melayang di dekat Tol Japek eksisting tak hanya LRT Jabodebek.
"Nah kalau kita melihat ada potensi di jalan tol yang bisa kita manfaatkan untuk trase LRT. Ide ini tak hanya diadopsi LRT," kata dia dalam paparan di Pabrik Precast LRT Jabodebek, Pancoran, Jakarta, Senin (14/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, pembangunan infrastruktur layang di sana ada Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan Tol Japek II (Elevated).
"Kereta Cepat Jakarta-Bandung, itu juga gunakan sisi tol Japek dan juga diadopsi oleh Tol Japek elevated. Semuanya kan di atas," sebutnya.
Baca juga: JK: LRT Luar Kota Tidak Perlu Elevated |
Menurutnya, berdasarkan pertimbangan yang paling memungkinkan adalah dibangun jalur elevated atau layang. Pertama karena untuk menghindari perlintasan sebidang dengan jalan. Apalagi banyak flyover dan JPO serta konstruksi prasarana lain di sepanjang jalur LRT.
Jika jalur LRT dibuat turun-naik juga bisa mengurangi kenyamanan penumpang. Di samping itu juga sarananya membutuhkan daya yang besar sehingga boros listrik, biaya operasional dan biaya perawatan. Oleh karena itu jalurnya dibuat konsisten melayang.
"Biaya investasi penting jadi perhatian, tapi kalau gunakan teknologi yang salah gradien (kemiringan) terlalu tajam, operasinya akan mahal, kalau nanjak kebutuhan power lebih besar. Biaya kereta paling besar energi cost. Ini harus kita kontrol supaya nantinya tak besar sehingga butuh gradien tertentu," tambahnya.
Saksikan juga video 'Asyik! LRT Jakarta Siap Beroperasi Akhir Februari':
(zlf/zlf)