Pengamat BUMN Said Didu menjelaskan kinerja BUMN sejak 2005 lalu, baru kali ini BUMN mengalami masalah. Misalnya pada BUMN besar seperti Pertamina yang labanya anjlok, PLN yang merugi dan Garuda Indonesia yang juga menelan kerugian.
"Sejak 2005 baru kali ini kinerja BUMN bermasalah. Kondisi memprihatinkan, dampaknya baru terlihat pada 3 hingga 4 BUMN saja, yang besar-besar seperti Pertamina kan labanya anjlok, PLN rugi, Garuda rugi juga. Kemudian BUMN konstruksi juga sedang menghadapi persoalan yang cukup besar," kata Said saat dihubungi detikFinance, Senin (14/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan kondisi tersebut akan masuk pada BUMN logistik seperti pelabuhan dan bandara yang akan mengalami persoalan besar. "Memang belum meledak, tapi perkiraan saya akhir tahun ini, terutama terkait utang mereka yang sudah sangat besar. Lalu potensi revenue yang tidak seperti harapan," jelas dia.
Kemudian Said mengungkapkan tiga BUMN besar seperti Pertamina, PLN dan Garuda Indonesia merupakan awal 'sakit'nya perusahaan milik negara. Dia memprediksi BUMN lain akan turut tertular penyakit dari tiga perusahaan tersebut.
"Pemerintahan manapun atau pemerintahan berikutnya memang akan menghadapi persoalan besar di BUMN. Sekarang kan masih ada sinergi tapi sebenarnya sinergi itu memaksa BUMN sehat untuk menyuntik BUMN sakit," imbuh dia.
Misalnya seperti penjualan obligasi tertutup namun pembeli yang memborong adalah BUMN lain. "Jadi istilahnya menularkan penyakit dari BUMN yang sakit ke BUMN sehat," jelas dia.
(Judul dan sebagian konten ini telah diubah. Judul sebelumnya "Pengamat: Kondisi BUMN sedang memprihatinkan") (kil/ang)