-
Beberapa menteri kabinet kerja menanggapi pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut satu per satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai hancur dan bangkrut.
Para menteri kabinet kerja yang menanggapi adalah Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Damrin Nasution.
Para menteri kabinet kerja itu rata-rata meminta data sebagai pembuktian bahwa beberapa BUMN benar mulai mengalami kehancuran dan bangkrut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta bukti yang kuat kepada Calon Presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto lantaran ucapannya yang bilang BUMN satu persatu mengalami kebangkrutan.
"Ya buktinya mana. Orang ngomong kan bisa saja, gampang bicara, sekarang lihat bukti-buktinya apa," kata Rini di Komplek Istana, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Kebangkrutan beberapa BUMN itu, kata Prabowo diakibatkan pemerintah yang salah mengelola negara. Dia juga menyebut beberapa BUMN yang dimaksud adalah Garuda Indonesia, PLN, dan Pertamina.
Hanya saja, Rini pun tetap meminta bukti konkret jika ketiga BUMN itu memang bangkrut. Bukti yang dimaksud adalah data-data yang memang membuktikan ketiga perusahaan pelat merah itu bangkrut.
Mengenai rugi Garuda, Rini megegaskan pihaknya tengah menyelesaikan dengan mengevaluasi kontrak kerja yang selama ini dinilai merugikan.
"Kalau Garuda kan sudah lama mendapatkan banyak isu. Nah kita sekarang menyelesaikannya. InsyaAllah semua lancar. Kita negosiasi banyak sekali kontrak-kontrak lima sampai tujuh tahun yang lalu yang harganya terlalu mahal sekarang kita renegosiasi," kata Rini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ungkapan Prabowo Subianto mengenai BUMN satu per satu mulai bangkrut merupakan kesimpulan yang ceroboh.
"Itu kesimpulan yang terlalu ceroboh," kata Darmin di Komplek Istana, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Darmin juga mempertanyakan dasar penilaian BUMN yang mulai satu per satu bangkrut.
"Dasarnya apa, ya nanti dulu, orang uraiannya saja saya bingung," ujar Darmin.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membantah tudingan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang mengatakan BUMN satu-persatu mengalami kebangkrutan. Luhut bilang, saat ini kondisi BUMN baik-baik saja.
Selain membantah Prabowo, Luhut meminta agar harus bisa berbicara sesuai dengan data yang ada. Saat ini menurutnya, tidak ada yang berani datang menjawab tantangannya berbicara soal data.
"Kalau saya selalu tanya, bisa nggak kita datang berbicara data, kan nggak ada yang berani," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Jakarta, Senin (14/1/2019).
Pernyataan itu, kata dia, tak ada maksud untuk sombong. Luhut mengatakan, agar semua pihak yang kerap berbicara di publik harus bisa mendidik masyarakat, bukan justru menebar kebohongan.
"Seperti ini kan saya mau challenge saya, saya selalu bilang, bukan maksud sombong tapi maksud saya, untuk kita ke publik, anak-anak muda untuk mendidik, jangan berbohong, data itu jangan dimanipulasi, saya nggak suka itu, dan itu saya lihat para senior intelektual, kok suka sih bohongi rakyatnya," ungkapnya.
Berdasarkan catatan detikFinance baba bersih Bank Mandiri kuartal III-2018 tercatat Rp 18,1 triliun, angka itu naik 20% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba itu didorong oleh pertumbuhan fee based income sebesar 11,4% dan meningkatnya net interest income 4,2%. Pada triwulan III-2018 sinyal positif Bank Mandiri masih menunjukkan peningkatan di mana kredit tumbuh 13,8% menjadi Rp 781,1 triliun. Hal ini mendorong perhimpunan aset menjadi Rp 1.173,6 triliun.
Pertumbuhan kredit terjadi hampir di seluruh segmen, di antaranya disumbangkan oleh segmen korporasi besar sebesar 27,6% dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 27,1% menjadi Rp 301,4 triliun dan 97,5 triliun.
Kemudian untuk BNI pada kuartal III 2018, meraih laba bersih sebesar Rp 11,44 triliun. Laba bersih itu tumbuh sebanyak 12,6% dibanding dengan kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,16 triliun. Posisi kredit BNI pada kuartal III 2017 sebesar Rp 421,41 triliun. Di kuartal III 2018, kredit BNI menjadi Rp 487,04 triliun atau tumbuh sebanyak Rp 65,64 triliun atau sebanyak 15,6%.
Selanjutnya untuk BRI kuartal III 2018 tercatat Rp 23,5 triliun atau tumbuh 14,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 20,5 triliun. Jumlah aset perseroan secara konsolidasi tercatat Rp 1.183,4 triliun, naik 13,9% year on year.
Kinerja ini disokong oleh penyaluran kredit yang tumbuh di atas rata-rata industri perbankan Indonesia. Hingga akhir September penyaluran kredit BRI tercatat Rp 808,9 triliun atau naik 16,5% dibandingkan September 2017 Rp 694,2 triliun.
Sementara itu BTN mencetak laba bersih sebesar Rp 2,23 triliun pada kuartal III 2018. Laba ini lebih tinggi sebanyak 11,51% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2 triliun. Laba bersih perseroan ditopang pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar Rp 7,54 triliun atau naik 15,29% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,54 triliun.