Hal itu diungkapkannya saat acara Kuliah Umum Wakil Presiden dengan tema Indonesia and The World: Future Trajectory, Opportunity and Challenges di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Awalnya, dia menceritakan bahwa Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sejak menjadi menteri kabinet kerja telah berhasil membangun ratusan kilometer ((km) jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akibatnya ya tetap macet saja. Meskipun saya katakan kemacetan tanda-tanda kemajuan. Karena tidak ada negara miskin ya nggak macet. Karena kalau negara miskin mana bisa beli mobil banyak," kata JK.
Baca juga: Cerita JK Mobil Listrik Bikin Jakarta Gelap |
JK menyebut, dari teori yang ada kemacetan yang ada akan tambah macet karena mudahnya masyarakat memiliki kendaraan. Berbeda dengan tahun 1970-an, di mana setiap keluarga cukup memiliki satu kendaraan roda empat saja.
"Dan teorinya, makin macet akan tambah macet, tahun 1970-an orang punya mobil satu cukup. Pagi anter sekolah, lalu anter bapaknya ke kantor, sekali-sekali ibunya pinjam untuk pergi belanja. Sekarang anter anak sekolah belum pulang karena macet, sementara harus ke kantor. terpaksa beli mobil satu lagi. Jadi macet itu tambah macet," kata dia.
Agar pertumbuhan pembelian kendaraan bermotor seimbang dengan ketersediaan jalan, maka dibutuhkan investasi yang besar.
"Tanpa itu kita akan mengalami kerugian. Jadi dunia ini bergerak banyak tantangannya tetapi selalu ada jalan keluarnya. Inilah yang harus menjadi bagian daripada kita semua dalam bidang teknologi, dalam inovasi," ungkap dia.