Pada saat berbincang-bincang dengan wakil petani, Jokowi mengingatkan bahwa KUR harus digunakan untuk menutup biaya produksi pertanian, dapat untuk membeli bibit atau membeli pupuk. Petani juga diingatkan sebelum meminjam KUR ke bank harus memiliki perhitungan matang untuk apa saja dananya nanti dan kesanggupan pelunasannya.
"Saya titip, penggunaannya jangan dipakai untuk hal-hal yang konsumtif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/01/2019).
Sementara Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan peran BNI pada gerakan ini dimaksudkan untuk memastikan agar para petani mendapatkan akses pembiayaan yang murah, mudah, disertai pendampingan selama musim tanam Oktober-Maret.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat panen pun, petani dipastikan akan mendapatkan pembeli siaga atau offtaker bagi petani sektor tanaman pangan di berbagai daerah sentra pangan di Indonesia. Program ini dilaksanakan dengan sinergi antar BUMN dan Kementerian Pertanian.
Dia juga menyatakan, gerakan tersebut merupakan wujud kontribusi BNI untuk menyejahterakan petani, melalui penyediaan akses permodalan yang mudah dan murah di sektor pertanian dan perkebunan. Gerakan ini diharapkan menjadi salah satu penopang program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas petani, pemerataan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan.
"Program ini diharapkan dapat membantu petani sehingga lebih mandiri dan memiliki daya tawar lebih baik sehingga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik kepada para petani," ujar Baiquni.
Selain Jokowi dan Baiquni, hadir pula Menteri BUMN Rini M Soemarno, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Sekitar 1.500 petani yang berasal dari 6 kecamatan sekitar. Dari jumlah tersebut terdapat 250 orang diantaranya penerima KUR Tani dengan fasilitas sebesar Rp 1,25 miliar. Terdapat juga 500 petani yang diajak dalam kegiatan padat karya tunai (PKT)
membersihkan saluran irigasi menjelang musim tanam ini. Pada acara ini, BNI memberikan bantuan CSR berupa 5 (lima) unit hand tractor dan kegiatan Padat Karya Tunai (PKT).
PKT dilakukan antara lain untuk menyediakan berbagai prasarana pendukung kawasan pertanian yang diikutsertakan dalam Gerakan Mengawal Musim Tanam OKMAR 2018/2019 ini.
Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan penyerahan Kartu Tani kepada Poktan (Kelompok Tani) Muti Tani dari Desa Dangdeur Banyuresmi, meliputi Poktan Binakarya dari Kecamatan Banyuresmi, Poktan Salem dari Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, Poktan Manjah Beureum dari Desa Sukahaji, Kecamatan Sukawening, dan Poktan Cimuara dari Kecamatan Cinunuk Wanaraja. Serta penyerahan KUR Tani kepada Poktan Karya Mekar dari Desa Nekarluyu, Kecamatan Sukawening, Poktan Kereman dari Desa Maripari, Kecamatan Sukawening, Poktan Pasir Muncang Desa Dangdeur, Kecamatan Banyuresmi, Poktan Arum Sari Desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, dan Poktan Taman Sari Desa Pamekarsari, Kecamatan Banyuresmi.
KUR tersebut menambah portofolio penyaluran KUR oleh BNI. Dimana hingga 31 Desember 2018, KUR yang telah disalurkan BNI mencapai Rp 15,99 triliun dan menyentuh 147.691 penerima KUR di seluruh Indonesia.
Sebagai informasi, gerakan ini untuk memastikan seluruh kegiatan produksi petani dapat dikawal sedini mungkin dalam hal penyediaan seluruh sarana dan prasarana produksi pertanian.
Kali ini, gerakan ini menyentuh wilayah kota ketujuh yakni Garut, Jawa Barat yang dipilih karena telah memasuki masa tanam. Dengan gerakan terpadu ini diharapkan dapat memastikan agar para petani mampu melakukan proses tanam sesuai jadwal tanamnya.
Di setiap lokasi GMMT aktivitas yang dilakukan meliputi pelaksanaan Padat Karya Tunai Normalisasi Saluran Irigasi kurang lebih 5 km, Penyaluran KUR & Kartu Tani serta kegiatan Tanam Massal.
GMMT OKMAR 2018/2019 di Garut merupakan bagian dari kegiatan serupa yang rencananya secara simultan dilakukan di 56 titik sentra komoditas pertanian unggulan di Seluruh Indonesia.
Program lanjutan Gerakan Mengawal Musim Tanam (OKMAR 2018/2019) ini dilaksanakan secara simbolis pada hamparan lahan seluas lebih dari 2 hektare di Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut. Kawasan ini memiliki luas lahan lebih dari 2.500 hektare.
GMMT OKMAR 2018/2019 juga merupakan bagian dari rangkaian aktivitas dalam Program Kewirausahaan Pertanian. Sejak awal proses tanam petani diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan budidaya secara tepat waktu, sehingga petani dapat berproduksi dengan baik.
Dalam periode pelaksanaan budidaya tersebut petani akan dibimbing oleh penyuluh pertanian, sedangkan pada saat panen, hasil gabah akan diserap oleh Mitra Bumdes Bersama (MBB) dan dilakukan kegiatan Serap Gabah oleh BUMN Pangan yang ditunjuk (BULOG, PPI, Sang Hyang Seri, Pertani, RNI dan Pupuk Indonesia Pangan atau PIP).
Kabupaten Garut merupakan salah satu dari 9 titik lokasi rintisan Program Kewirausahaan Pertanian di Jawa Barat. Pelaksanaan Kewirausahaan Pertanian di Propinsi Jawa Barat diawali dengan peresmian Kewirausahan Pertanian di Sliyeg, Indramayu pada bulan Juni 2018 oleh Presiden Joko Widodo.
Untuk menyukseskan Program Kewirausahaan Pertanian di Jawa Barat tersebut, BNI bekerjasama dengan PT Mitra Bumdes Bersama (MBB). Sampai dengan bulan Desember 2018, kegiatan Kewirausahaan tersebut sudah melakukan berbagai aktivitas meliputi penyediaan saprotan, penyerapan gabah kering, panen petani sebanyak 8.099 ton, penjualan beras 1.169 ton, hingga penyediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu, Program Kewirausahaan Pertanian ini juga telah mengelola dan mengoperasionalkan Rice Mill Unit (RMU) modern yang sudah dibangun oleh BUMN PIC. Bahkan, Program Kewirausahaan Pertanian juga mampu melakukan pendataan potensi petani yang ada di area kewirausahaan pertanian sebanyak 629.000 petani.
Dalam rangka Program Kewirausahaan Pertanian ini juga dilakukan pemberian fasilitas KUR kepada petani yang berada dalam area kewirausahaan pertanian sebesar Rp 207 miliar kepada 9.536 petani. Untuk mempermudah aplikasi KUR dan monitoring produksi pertanian telah difasilitasi dengan fasilitas digital melalui aplikasi Logistik Tani (Logtan).
Sekadar informasi Kementerian BUMN telah bersinergi dengan Kementerian Desa & PDTT membentuk BUMNshop dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat desa. BUMNshop ini sepenuhnya dimiliki dan dioperasikan oleh Bumdes (bukan perorangan) dan keuntungannya sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa.
Produk yang dijual adalah barang-barang kebutuhan utama masyarakat yang diproduksi oleh BUMN antara lain Kebutuhan Pangan, Bahan Bakar, obat obatan, sarana pertanian, telekomunikasi, serta dilengkapi dengan kebutuhan harian lainnya.
Didalam BUMNshop juga dijual produk lokal dan unggulan daerah yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Dengan demikian maka produk yang dihasilkan dari Program Kewirausahaan Pertanian dapat dijual secara langsung di jaringan BUMNshop.
Saat ini telah dibentuk BUMNshop sebanyak 15 toko di wilayah Kabupaten Sukabumi dan selanjutnya dalam waktu dekat BUMNshop akan dikembangkan di wilayah Garut, Tasik dan Ciamis. (mul/mul)