Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Desember lalu telah meresmikan ruas-ruas tol Trans Jawa. Ruas-ruas tol ini diharapkan dapat memudahkan dan mempersingkat mobilitas masyarakat di Pulau Jawa.
Namun, di balik kemegahan tol Trans Jawa ini, ditemui beberapa kasus kerusakan tol. Bahkan, kerusakan-kerusakan itu terjadi tidak lama setelah tol diresmikan oleh Jokowi.
Yang mengagetkan adalah beberapa ruas tol justru rusak tidak lama setelah diresmikan presiden. Lalu, ada apa dengan ruas-ruas tol ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak rangkuman yang dihimpun
detikFinance, klik halaman berikutnya.
Salah satu kerusakan tol terjadi di ruas jalan Tol Pemalang-Batang KM 321 menuju Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Tol yang baru diresmikan 20 Desember 2018 kemarin itu mengalami kerusakan berupa keretakan pada jalan. Bahkan pondasi penahan ruas tol kanan-kirinya juga mengalami longsor.
PT Pemalang Batang Toll Road (PBTR), anak usaha PT Waskita Toll Road menyatakan kerusakan yang terjadi pada kemiringan/kelandaian (slope) jalan tol diakibatkan curah hujan yang tinggi dan membuat air meluap hingga menggerus jalan.
Retaknya jalan tol ini sendiri terjadi pada 16 Januari lalu. Keretakan terjadi di satu Titik Ruas jalan Tol Pemalang Batang tepatnya di KM 321 jalur A.
Seperti diketahui, ruas tol ini belum lama diresmikan Jokowi pada Desember 2018 lalu. Terhitung belum ada sebulan umurnya tol ini telah mengalami kerusakan.
Bukan hanya Tol Pemalang Batang saja, kerusakan juga pernah terjadi di ruas tol Salatiga-Kartasura, Jawa Tengah. Talut atau lereng disamping ruas tol tersebut ambles. Kerusakan talut terjadi pada 24 Desember 2018, atau 4 hari setelah diresmikan.
PT Jasa Marga Solo Ngawi (JSN), anak usaha PT Jasa Marga (Persero) menerangkan bahwa Lereng tersebut ambrol karena tergerus air hujan. Sepanjang 20 meter lereng di samping tol itu ambles.
Sama seperti tol Pemalang-Batang, ruas tol ini pun mengalami kerusakan tidak lama setelah diresmikan Jokowi. Tepatnya, empat hari setelah tol tersebut diresmikan pada Desember lalu.
Menurut pengamat transportasi dari Unika Soegijpranata Semarang Djoko Setijowarno, kerusakan yang terjadi di ruas-ruas tol Trans Jawa merupakan resiko percepatan pembangunan. Percepatan tersebut membuat beberapa konstruksi jalan menjadi kurang sempurna.
"Konstruksi belum sempurna ya, karena ya target sih ya, ya itulah resiko percepatan ya begitu. Kalau ada target seperti itu ya susah memang, ya siapa yang mau lawan maunya presiden kan?," kata Djoko waktu dihubungi detikFinance, Minggu (20/1/2019).
Salah satu yang disoroti oleh Djoko adalah kesolidan tanah pembentuk jalan tol. Menurutnya, karena percepatan pembangunan tanah pembentuk jalan tol jadi kurang konsolidasinya.
"Jalan tol itu kan artinya jalan yang tidak menggunakan jalan asli, artinya kalau gak tanah galian ya timbunan. Yang penting itu kan konsolidasi tanahnya biar jalannya kuat gak rusak, ini masalah tanahnya, solidasinya kurang," kata Djoko.
Djoko pun membandingkan pembangunan Trans Jawa dengan Tol Jagorawi. Menurutnya, Tol Jagorawi pembangunannya sempurna, salah satunya karena proses konsolidasi tanah yang matang.
"Kalau Tol Jagorawi itu dulu proses konsolidasi tanahnya itu kan lama dan matang sehingga jalannya kuat bagus, itu idealnya bangun jalan tol. Sehingga ketika dioperasikan gak pernah ada longsoran retak, bangun tol ya harus ekstra hati hati lah harus jaga kualitas," kata Djoko.
Djoko mengingatkan agar pemerintah bukan hanya pikirkan target dan percepatan pembangunan saja tapi juga keselamatan.
"Sebenarnya nggak apa-apa lah kalau bicara keselamatan, 'Pak (Jokowi) ini ditunda satu dua bulan gak apa apa lah'. Gak apa-apa nggak bisa (selesai) pas Pilpres yang penting lebaran oke," kata Djoko.
Namun, Djoko juga membenarkan bahwa target percepatan pembangunan tidak boleh dilupakan. Target tersebut menurutnya penting agar pekerjaan bisa selesai sesuai jadwal.
"Target (harus) tetap ada, tapi jangan sampai mengabaikan keselamatan itu aja. Target penting ya biar orang bekerja itu sesuai jadwal," ungkap Djoko.
Djoko juga ingatkan agar pemerintah dapat menentukan dan mengawasi titik rawan di jalan tol. Dia juga katakan agar daerah-daerah yang rusak jalan tolnya harus cepat-cepat diperbaiki.
"Jadi sekarang daerah-daerah rawan itu yang mesti ditangani cepat-cepat, saya kira kalau cuma satu dua meter kerusakan bisa diperbaiki segera saja cepat-cepat. Lalu, kita juga harus lihat titik-titik mana yang rawan itu harus diawasi," kata Djoko.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi angkat bicara mengenai retaknya ruas Tol Pemalang-Batang KM 321. Menurut Budi, pemicu keretakan salah satunya karena struktur tanah yang labil.
"Karena memang struktur tanah di Jawa bagian utara itu agak labil," kata Budi kepada wartawan di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Minggu.
Budi menyebut keretakan itu bukan masalah besar. Dia membandingkan dengan panjangnya ruas jalan dalam proyek tol Trans-Jawa.
"Kalau namanya struktur ada fail sedikit itu jadi suatu hal biasa, kita justru beri toleransi dan kita akan menolong agar perbaikan cepat selesai," ujarnya.
"Pemicu bisa karena, contohnya pengamatan strukturnya tidak rata, ada tertentu yang ekstrem terjadi. Kita bayangin bangun 1.000 kilometer satu titik ada masalah biasa, seperti waktu di Solo ada sliding sedikit cepat kita selesaikan," lanjutnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman