Sebelumnya, Go-Jek mengumumkan telah merampungkan pendanaan seri F yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital.
Setelah putaran pendanaan Seri F ini, para pendiri Go-Jek akan tetap memiliki kontrol terhadap pengambilan keputusan dan penentuan arah kebijakan perusahaan. Tujuannya agar mereka dapat merealisasikan visi jangka panjang perusahaan serta terus melakukan ekspansi dan pengembangan bisnis yang pesat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Google, JD, dan Tencent Suntik Dana Go-Jek |
Di kancah global, metode yang dapat digunakan untuk memastikan kontrol tetap pada pendiri dan manajemen memang salah satu kepemilikan saham bertingkat dikenal dengan istilah dual-class shares.
Skema tersebut memberikan persentase kepemilikan saham yang bisa berubah dan menimbulkan konsekuensi kepemilikan saham pendiri berkurang. Namun, kewenangan dan kontrol pendiri tetap lebih tinggi dibanding investor.
Sebagai contoh, Mark Zuckerberg yang pada awal 2018 memiliki 16 persen saham Facebook masih memegang kendali penuh atas perusahaan yang dia dirikan itu. Sebab berdasarkan teori klasifikasi saham, sekitar satu persen kepemilikan saham Zuckerberg di Facebook bisa setara 60 persen kepemilikan saham investor lainnya.
Kondisi itu yang membuat dia tidak khawatir saat terus mengurangi porsi kepemilikan sahamnya demi meraih modal untuk kegiatan amal sosial. Perusahaannya masih bisa dia jaga.
Analis PT Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyebutkan valuasi dan prospek bisnis GO-JEK sangat menarik bagi investor. Skema positif dual- class shares memungkinkan kendali tetap di tangan pendiri, secara ideal cocok diterapkan oleh GO-JEK.
Cara tersebut akan dapat mewujudkan iklim demokratis antara pendiri dan investor. Hal terpenting, menurutnya, terjalin sinergi antara pendiri dan investor untuk mewujudkan ide inovatif untuk tujuan ekspansi bisnis ke depan dan secara jangka panjang.
"Patut diapresiasi, apalagi Go-Jek adalah karya anak negeri dan kontrol pendiri tidak terdilusi. Masih memegang kendali," ujarnya.
Sebelumnya, Unicorn Indonesia, Go-Jek dikabarkan telah kembali mendapat tambahan modal dari investor sebesar US$ 920 juta atau sekitar Rp 12,8 triliun (kurs Rp 14.000). Demikian dilaporkan oleh Techcrunch, seperti dikutip detikFinance, Jumat (25/1/2019).
Google dan dua raksasa asal China yakni Tencent dan JD.com diketahui menjadi sumber dana investasi baru tersebut berasal. Bila valuasi itu benar, maka Gojek bisa segera menjadi decacorn, yakni startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar. (dna/dna)