Adaro pada kuartal IV memproduksi 15,06 juta ton batu bara dan menjual 15,12 juta ton batu bara.
Perusahaan juga mencatat, EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) operasional perusahaan US$ 1 miliar hingga US$ 1,2 miliar, serta belanja modal US$ 450 juta hingga US$ 600 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kuartal IV kemarin, harga saham Adaro ditutup pada Rp 1.215, atau turun 13% dibandingkan harga pada kuartal IV 2017. Selama kuartal IV, harga saham Adaro mencapai level tertinggi pada Rp 1.825 dan level terendah pada Rp 1.215.
Kapitalisasi pasar Adaro pada kuartal IV mencapai US$ 2,68 miliar. Nilai perdagangan harian rata-rata untuk saham Adaro pada kuartal IV tercatat US$ 6,28 juta, atau naik 31% yoy dari US$ 4,76 juta pada kuartal yang sama 2016. Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 18 K/30/MEM/2019 menetapkan Harga Mineral Logam Acuan (HMA) untuk 20 mineral logam dan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk bulan Februari Tahun 2019.
Berdasarkan Kepmen tersebut, HBA Februari 2019 ditetapkan sebesar US$ 91,80 per ton.
"Harga batu bara acuan mengalami penurunan dari bulan sebelumnya, turun sebesar US$ 0,61 dari HBA Januari 2019 sebesar US$ 92,41 per ton," jelas Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (7/2/2019).
HBA bulan Februari 2019 lebih rendah daripada bulan sebelumnya salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan proteksi impor China dan India.
"Kebijakan memanfaatkan produksi batu bara dalam negeri oleh kedua negara tadi memiliki pengaruh terhadap penurunan HBA di bulan ini," jelas Agung.
(hns/hns)